100 Tahun Bendung Walahar, Teknologi SWOM Jadi Langkah Adaptif Hadapi Dinamika Kebutuhan Air dan Perubahan Iklim

Ilustrasi(Dok ist)

BENDUNG Walahar yang terletak di Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, seolah tak lekang dimakan waktu. Keberadaannya yang sudah berusia 100 tahun kian relevan di tengah meningkatnya kebutuhan air irigasi dan air baku.

Ini tak lepas dari komitmen Perum Jasa Tirta II (PJT II) dalam meratakan pasokan air, membangun komunikasi rutin dengan petani, serta memastikan aspek operasional berjalan profesional dan sepenuh hati."Kami memegang amanah besar, menjaga agar Bendung Walahar tetap kokoh bukan hanya untuk hari ini atau beberapa tahun ke depan, melainkan selama air masih jadi sumber kehidupan masyarakat Indonesia," ujar Direktur Utama PJT II Imam Santoso di Karawang, Jabar, Selasa (25/11).

Ia menerangkan sesuai slogan Air untuk Menghidupi Negeri, pihaknya percaya kebahagiaan sejati adalah saat melihat senyum petani ketika panen dan memastikan masyarakat mendapatkan pasokan air yang dibutuhkan. "Berusia satu abad juga berarti Bendung Walahar melewati berbagai perubahan zaman, mulai dari teknologi pengelolaan sumber daya air, pola kebutuhan air, hingga fenomena iklim," jelasnya.

Namun, di tengah tantangan itu, Bendung Walahar tetap menjadi tulang punggung sistem irigasi Tarum Utara. Konsistensi aliran air yang dijaga setiap hari menjadi kunci keberlanjutan Karawang sebagai salah satu pusat produksi pangan nasional.

Menurut Imam, upaya menjaga keberlanjutan pengelolaan air juga diperkuat melalui pemanfaatan teknologi digital, salah satunya Smart Water Operation Management (SWOM) sebagai langkah adaptif menghadapi dinamika kebutuhan air dan perubahan iklim.

SWOM, kata dia, memungkinkan pemantauan data hidrologi dan operasional bendung secara real-time, memberikan analisis yang lebih akurat dalam pengaturan debit, serta mendukung pengambilan keputusan yang cepat dan
efisien.

"Dengan teknologi ini, distribusi air irigasi dan air baku dapat dikelola lebih presisi, mengurangi risiko kekurangan air pada musim kemarau maupun potensi kelebihan air saat musim hujan," katanya.

Penerapan SWOM juga mendorong efisiensi energi dan efektivitas pemeliharaan infrastruktur melalui deteksi dini terhadap potensi gangguan operasional.

"Sistem digital ini jadi salah satu inovasi penting dalam memastikan setiap tetes air yang mengalir dari Bendung Walahar dikelola secara bijak, bersih, dan berkelanjutan. Langkah modern ini membuktikan teknologi dapat bersinergi dengan bangunan bersejarah untuk mendukung ketahanan air dan pangan di wilayah Karawang dan sekitarnya," jelasnya.

Imam menyampaikan peringatan 100 tahun Bendung Walahar bukan hanya refleksi sejarah, tetapi juga momentum mempertegas komitmen perusahaan dalam menjaga ketahanan air nasional.

“Walahar telah mengalirkan kehidupan selama satu abad, tugas kami adalah memastikan aliran itu tetap terjaga untuk generasi berikutnya.”

Ia menambahkan teknologi tidak menggantikan manusia, tetapi juga memperkuat kemampuan insan PJT II dalam menjaga mutu pelayanan publik. “Kami terus beradaptasi, tidak hanya lewat transformasi digital, tetapi juga lewat kedisiplinan dan kerja sama seluruh insan perusahaan di lapangan. Kami percaya keberlanjutan pengelolaan air adalah kunci ketahanan pangan, ketahanan energi, dan masa depan masyarakat,” tambahnya.

Ke depan, ia berharap pihaknya terus memperkuat komitmen memelihara Bendung Walahar agar tetap menjadi tulang punggung ketahanan pangan di Jawa Barat. (H-2)