Mengenal kasus Kematian Jantung Mendadak atau Sudden Cardiac Death.(Freepik)
KEMATIAN jantung mendadak (Sudden Cardiac Death/SCD) menjadi ancaman serius yang tak bisa dianggap remeh.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Aritmia Indonesia (PERITMI) dan Indonesian Heart Rhythm Society (InaHRS), Agung Fabian Chandranegara, menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap faktor risiko pribadi dan rutin memeriksakan kesehatan untuk menghindari risiko fatal ini.
"Periksa tekanan darah, kadar gula darah, dan kolesterol setidaknya sekali dalam setahun. Jika ada riwayat keluarga dengan kematian mendadak di usia muda, gangguan detak jantung, atau pingsan tanpa alasan yang jelas, segera konsultasikan ke dokter spesialis jantung," ujar Agung dalam rilis persnya, Rabu.
Fenomena Kematian Jantung Mendadak
SCD, yang sering terjadi akibat gangguan irama jantung yang tidak terdeteksi sebelumnya, menjadi penyumbang utama kematian kardiovaskular di dunia. Menurut data, SCD bertanggung jawab atas 10 hingga 15 persen dari total kematian global setiap tahunnya. Insiden ini diperkirakan mencapai 40-100 kasus per 100.000 orang per tahun di seluruh dunia, dengan prevalensi yang terus meningkat setelah 2018.
Dr. Agung menjelaskan bahwa meskipun ada penurunan angka kematian jantung mendadak antara 1999 hingga 2018, tren tersebut menunjukkan peningkatan kembali dalam beberapa tahun terakhir, yang menunjukkan bahwa masalah ini masih jauh dari selesai.
"Secara statistik, pria lebih berisiko tinggi dibandingkan wanita, dengan rasio kematian pria 5,23 dibandingkan 2,71 pada wanita," ungkapnya.
Pentingnya Waspada Terhadap Tanda-Tanda Gangguan Irama Jantung
Mengenali gejala gangguan irama jantung merupakan langkah penting yang sering kali terabaikan. Gejala seperti nyeri dada, sesak napas, mudah lelah, atau detak jantung yang tidak teratur perlu diwaspadai.
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, pemeriksaan lebih lanjut seperti EKG, ekokardiografi, atau Holter monitoring bisa menjadi langkah yang sangat diperlukan.
Lebih lanjut, Agung juga menegaskan bahwa gaya hidup sehat adalah kunci utama untuk mengurangi risiko SCD. Menghentikan kebiasaan merokok, rutin berolahraga, tidur yang cukup, serta mengelola stres secara efektif dapat menurunkan peluang terjadinya masalah kardiovaskular yang serius ini.
Tantangan Tanggap Darurat dan Pentingnya Pendidikan Masyarakat
Menurut data dari Pan-Asian Resuscitation Outcome Study (PAROS), tingkat kelangsungan hidup pada kasus henti jantung di luar rumah sakit (Out-of-Hospital Cardiac Arrest/OHCA) di Asia hanya berkisar antara 4% hingga 6%. Angka ini sangat jauh tertinggal dibandingkan negara-negara Barat, menunjukkan bahwa sistem tanggap darurat di wilayah ini masih memerlukan perbaikan.
Edukasi masyarakat tentang penanganan pertama sangat penting untuk meningkatkan peluang hidup korban henti jantung mendadak. Salah satu keterampilan yang wajib dimiliki adalah kemampuan melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR), yang dapat meningkatkan peluang hidup korban secara signifikan.
“Setiap menit tanpa CPR pada kasus OHCA mengurangi peluang hidup korban. Penelitian menunjukkan bahwa CPR yang dilakukan oleh orang yang berada di sekitar korban (bystander) dapat meningkatkan peluang hidup hingga tiga hingga empat kali lipat. Penggunaan AED (Automated External Defibrillator) juga bisa meningkatkan peluang hidup korban hingga lima kali lipat," jelas Dr. Agung.
Langkah-langkah Penting saat Menyaksikan Kasus Henti Jantung
1. Kenali Tanda-Tanda Henti Jantung
Jika korban tidak responsif dan tidak bernapas normal, kemungkinan besar mereka mengalami henti jantung mendadak. Ini adalah tanda awal yang harus segera diwaspadai.
2. Hubungi Nomor Darurat 112 atau 119
Segera hubungi layanan darurat untuk meminta bantuan medis. Semakin cepat bantuan profesional datang, semakin besar peluang korban untuk selamat.
3. Lakukan Kompresi Dada
Sambil menunggu petugas medis, lakukan kompresi dada di bagian tengah dada korban. Pastikan kompresi dilakukan dengan keras dan cepat, dengan laju 100-120 kompresi per menit dan kedalaman 5-6 cm. Tindakan ini sangat penting untuk mempertahankan aliran darah ke organ vital.
4. Gunakan AED Jika Tersedia
Jika Automated External Defibrillator (AED) tersedia, segera gunakan alat tersebut. Ikuti instruksi yang diberikan oleh AED dengan cermat. Penggunaan AED yang tepat dapat meningkatkan peluang hidup korban secara signifikan.
5. Lanjutkan Pertolongan hingga Bantuan Medis Tiba
Teruskan kompresi dada dan penggunaan AED jika diperlukan hingga tim medis tiba atau korban mulai sadar kembali. Tindakan yang cepat dan berkelanjutan dapat menjadi penentu antara hidup dan mati bagi korban.
Kesimpulan
Setiap detik sangat berharga dalam situasi henti jantung mendadak. Dengan mengenali tanda-tanda, segera melakukan pertolongan pertama seperti kompresi dada dan penggunaan AED, serta menghubungi nomor darurat, kita semua dapat membantu menyelamatkan nyawa. Pencegahan dan penanganan yang tepat adalah kunci untuk mengurangi angka kematian akibat henti jantung mendadak. (Z-10)

3 weeks ago
27





















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5366183/original/028563300_1759219654-Xiaomi_17_Pro_dan_17_Pro_Max.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381343/original/033703500_1760501307-Cara-Arsitektur-AI-Native-ERP-ScaleOcean-Pastikan-Analisis-Data-Bisnis-Akurat.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5373448/original/026858900_1759822492-WhatsApp_Image_2025-10-07_at_10.03.07.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5369745/original/043897200_1759479019-Screenshot__72_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5377050/original/026970200_1760074385-IMG_8595-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5372596/original/015905500_1759746592-Legion_Pro_5i_02.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376308/original/081655500_1759999439-Anggota_Alzheimer_s_Indonesia_memberikan_peragaan_tentang_poco-poco_ceria.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5142849/original/091530300_1740474739-Mengurangi_Stres.jpg)
![[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Wamenkes Baru dan Eliminasi Tuberkulosis](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/y0KuB7erhDJ6TbtDuKZCqONsZYw=/1200x675/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376817/original/095760700_1760054336-WhatsApp_Image_2025-10-09_at_4.52.47_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5377312/original/048394600_1760088267-iPhone_17_Series_01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5377388/original/098732100_1760092765-Antrian_pelanggan_untuk_pre-order_iPhone_17_-_iBox_Summarecon_Mall_Serpong.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3443990/original/029997800_1619751921-elsie-zhong-agevLQdxwts-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5351729/original/047342300_1758083270-image_2025-09-17_112741125.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5106905/original/096442900_1737628697-Samsung-Mobile-Galaxy-S25-series-Galaxy-Unpacked-2025-Photos-of-Experience-Zone_main13.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378666/original/019339600_1760272336-WhatsApp_Image_2025-10-12_at_09.27.07.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5012327/original/033495200_1732024385-20241119AA_Indonesia_Vs_Arab_Saudi-4.JPG)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5328603/original/087840900_1756261928-szabo-viktor-UfseYCHvIH0-unsplash.jpg)