Presiden Prabowo Subianto(Antara)
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bakal tetap berjalan namun dengan laju yang lebih terkendali. Itu menyusul banyaknya permasalahan, hingga menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) lantaran ribuan penerima manfaatnya mengalami keracunan.
Hal itu tersirat dalam pernyataan Presiden Prabowo Subianto saat memberikan pidato di Munas VI PKS, Jakarta, Senin (29/9). Target ambisius untuk mencapai lebih dari 80 juta penerima manfaat hingga akhir tahun tampaknya akan mengalami kemunduran.
"Sasaran kita adalah 82 juta penerima manfaat. (Sekarang) 30 juta (penerima manfaat) kita boleh bangga, tapi saya sebagai presiden masih sangat sedih karena masih 50 juta anak-anak dan ibu hamil yang menunggu," kata Prabowo.
"Tapi kita tidak bisa paksakan untuk lebih cepat, sekarang saja bisa terjadi penyimpangan. Bayangkan kalau kita paksakan dengan secepat-cepatnya, mungkin penyimpangan dan kekurangan bisa lebih dari itu," lanjutnya.
Dalam beberapa waktu terakhir, kasus keracunan dari program MBG terus bertambah. Dari hasil penelusuran pemerintah, sebab itu terjadi karena rendahnya pengelolaan higienitas dapur atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menjadi mitra dalam program tersebut.
Karenanya, Prabowo memerintahkan para pembantunya untuk menangani hal tersebut. Dapur-dapur mitra MBG harus dievaluasi dan ditingkatkan standar operasional prosedur (SOP) penyediaan makanannya.
"Kita tertibkan, semua SPPG, semua dapur, kita sudah bikin SOP, semua alat harus dicuci pakai alat yang modern, tidak terlalu mahal. Untuk membersihkan, membunuh semua bakteri, kita juga perintahkan semua dapur harus punya test kit, alat uji, sebelum distribusi harus diuji semuanya, dan langkah-langkah preventif lainnya," jelasnya.
Adapun dari sekitar 30 juta penerima manfaat program MBG saat ini, kata Prabowo, terdapat penyimpangan atau kekurangan atau kesalahan sekitar 0,00017%. Dari sudut pandang statistik, kata dia, itu cukup kecil. Namun bukan berarti perbaikan tidak akan dilakukan.
Menurutnya, perbaikan terus menerus pada program MBG tak hanya berdampak pada kesehatan penerima manfaat, melainkan pada ekonomi di tingkat lokal. "Kalau satu rupiah beredar di suatu tempat, rupiah itu bisa menimbulkan dua, tiga, empat rupiah baru yang beredar. Jadi, kita bisa bayangkan kegiatan ini, yang saya sebut tadi Rp300 triliun, itu bisa menciptakan kehidupan ekonomi senilai Rp600 triliun, mungkin Rp900 triliun," tutur Prabowo.
"Karena apa? Karena tiap hari rakyat desa itu tahu bahwa dapur itu memerlukan sekian ratus kilo beras, sekian timun, sekian sayur, sekian ikan, sekian telur, sekian ayam. Jadi dia punya captive market, dia punya offtaker, dia punya sesuatu harapan yang pasti," pungkasnya. (E-3)

1 month ago
15
































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365168/original/090343300_1759140108-WhatsApp_Image_2025-09-29_at_17.00.24.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5352887/original/013654100_1758144467-AP25260720491829.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5364853/original/046358800_1759128662-462a26d0-2645-4809-88b5-48611f626139.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5348836/original/064698500_1757902947-ClipDown.com_536149216_18672569230011649_1930765662361117681_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4757356/original/067911600_1709187898-20240229-Bayi_Tahun_Kabisat-HER_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365417/original/044399600_1759182511-ea_sports_game.jpg)