Ekowisata Sungai Hitam Lestari, Kalimantan Timur, menunjukkan banyak kemajuan beberapa tahun terakhir. Mulai dari penambahan armada perahu hingga pembangunan Intalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terapung untuk mengurangi pencemaran air sungai.
Aidil Amin (49), Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sungai Hitam Lestari, mengungkapkan kondisi ini tidak semata-mata didapatkannya dengan mudah. Berbagai rintangan dihadapinya untuk menjaga habitat hewan endemik Kalimantan, salah satunya bekantan.
Bahkan, dulu pengunjung yang ingin menikmati keindahan flora dan fauna Sungai Hitam Lestari perlu menyusuri jalan setapak untuk tiba di dermaga. Dilanjutkan dengan mendayung secara manual untuk melintasi sungai sepanjang 5,4 km tersebut.
“Ekowisata Sungai Hitam Lestari ini sebenarnya sudah lama berdiri. Cuma, awal berdiri memang masih banyak kelemahannya. Salah satunya, ekowisata ini sudah terkenal di negara-negara luar, tetapi jalan untuk ke dermaga masih sebatas jalan setapak,” ujar Aidil di Dermaga Sungai Hitam Lestari, Kalimantan Timur, Rabu (2/10).
“Nah, ketika bekantan ini sudah dilirik oleh masyarakat khususnya pengunjung. Nah, ketika ini saya berpikir, oh ya sudah saya akan lanjut. Saya mulai berupaya, berusaha dengan semangat, terus banyak sekali rintangan-rintangan, khususnya pembakaran hutan dan lahan," tambahnya.
Namun, berbagai rintangan tidak menyurutkan semangat juang Aidil untuk membenahi Ekowisata Sungai Hitam Lestari sampai saat ini. Bekerja sama dengan PT Pertamina EP Sangasanga, Aidil mulai melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar. Khususnya masyarakat Kampung Lama yang bermukim tidak jauh dari Dermaga Sungai Hitam Lestari.
“Alhamdulillah mungkin Allah juga memberikan pertolongan kepada saya, sehingga saya berpikir, ya alhamdulillah dengan adanya itu (sosialisasi dari Pertamina) kesadaran masyarakat itu muncul,” kata Aidil.
Dari berbagai upaya sosialisasi yang telah dilakukan, masyarakat mulai menyadari berbagai manfaat mangrove sebagai bentuk pelestarian ekosistem sungai. Selain buahnya dapat diolah sebagai minuman untuk dijualbelikan, dedaunan mangrove digunakan sebagai pakan untuk bekantan.
“Sosialisasi membantu masyarakat mengetahui manfaat buah mangrove. Pohon yang kita tanam ini bisa melestarikan bekantan. Karena bekantan makan daun-daun mangrove,” ungkap Aidil ketika menanam pohon mangrove bersama.
Bukan hanya sosialiasi, Aidil menuturkan Pertamina EP Sangasanga juga mengadakan program berkelanjutan dalam bentuk IPAL terapung untuk mengurangi pencemaran sungai akibat sanitasi yang buruk.
Saat ini, Aidil menyebutkan sudah terdapat empat IPAL terapung yang tersebar di Kelurahan Kuala Samboja dan tiga IPAL terapung lainnya tersebar di Kelurahan Kampung Lama.
“Kita melihat sendiri air sungai banyak sekali dikonsumsi, khususnya masyarakat Kuala Samboja, masyarakat Kampung Lama. Nah, sehingga kalau ini bisa terjaga, artinya sistem buang air besar itu terjaga, kemudian bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, kan otomatis masyarakat akan sadar sendiri dengan adanya IPAL terapung ini,” tutur Aidil.
Bahkan ...