Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi level 4,50-4,75 persen.
Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Hera F. Haryn, mengatakan penurunan tingkat suku bunga The Fed tidak akan serta merta diikuti oleh dengan penurunan bunga kredit bank.
"Tentunya kita melihat sebagai perbankan, tentu tidak serta-merta langsung, akan butuh waktu transmisi dulu, berapa lama, tapi sebenarnya di BCA sendiri kita juga sudah memberikan bunga yang rendah," kata Hera dalam acara Indonesia Knowledge Forum XIII-2024, di Hotel The Ritz Carlton Jakarta, Selasa (12/11).
Hera mengatakan, BCA memiliki likuiditas yang mumpuni untuk memberikan suku bunga rendah kepada nasabahnya. Bahkan, saat acara BCA Expo, perseroan pernah memberikan suku bunga terendah sepanjang sejarah hingga 1,45 persen.
"Jadi untuk debitur-debitur kita yang memang sudah sesuai dengan profiling yang kita berikan pembiayaan, maka kita akan tentu memberikan bunga yang sangat menggoda. Jadi sebenarnya kita sangat antusias untuk menyambut jika dilihat dari ekonomi nasional, mungkin salah satu proxi-nya adalah bagaimana pembiayaan di market itu bisa berhubung seperti saat ini," kata Hera.
Hera mengungkapkan, saat ini kondisi likuiditas perseroan masih sangat solid. Hal ini terbukti dengan Rasio Loan-to-Deposit (LDR) yang mencapai 75 persen hingga kuartal III 2024. Sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia, Hera mengatakan, BCA akan menyalurkan kredit secara prudent ke depannya.
"Kami juga melihat kalau dibilang berhati-hati, institusi perbankan tentu kita harus comply, tentu kita juga harus prudent untuk menyalurkan kredit, dan kalau dibilang terlalu berhati-hati, kami pikir kami justru sangat excited, kita lihat pertumbuhan kreditnya 14 persen lebih untuk pertumbuhan kredit lebih dari Rp 800 triliun," jelasnya.
Perusahaan juga masih melihat pertumbuhan ekonomi yang ada di masing-masing daerah dan pembiayaan yang akan diberikan.
BCA dan entitas anak berhasil membukukan pertumbuhan total kredit sebesar 14,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 877 triliun per September 2024.
Penyaluran pembiayaan per September 2024 ditopang kredit korporasi yang menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi, naik 15,9 persen yoy mencapai Rp 395,9 triliun. Kredit komersial naik 11,8 persen yoy menjadi Rp 135,3 triliun, dan kredit UKM tumbuh 14,2 persen yoy hingga Rp 120,1 triliun.
Total portofolio kredit konsumer naik 13,1 persen yoy menjadi Rp 216,5 triliun, didorong KPR yang tumbuh 10,7 persen yoy mencapai Rp 130,4 triliun serta KKB sebesar 17,9 persen yoy menjadi Rp 64,1 triliun. Kemudian, outstanding pinjaman konsumer lainnya (mayoritas kartu kredit) naik 15,0 persen yoy mencapai Rp 21,9 triliun.