Film Kokuho, Eksplorasi Keindahan Seni Kabuki dalam Dilema Keturunan Yakuza

Salah satu scene dari Film Kokuho(Dok: Sony Pictures)

SENI teater Kabuki telah dikenal lama sebagai seni tradisional Jepang yang sudah ada sejak Zaman Edo dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO. Namun, tidak sembarang orang bisa menjadi aktor Kabuki yang dihormati karena biasanya harus memiliki darah aktor Kabuki juga.

Perjuangan hidup seorang lelaki bernama Kikuo untuk mencapai cita-cita menjadi aktor terbaik Kabuki seantero Jepang diceritakan dengan indah lewat film Kokuho. Film tersebut diputar dalam gelaran Jogja Asian Film Festival (JAFF) 2025 di Empire XXI, Yogyakarta, Kamis (4/12) malam.

Keinginan Kikuo untuk menjadi aktor Kabuki terbaik di Jepang digambarkan dalam dialog bersama anak perempuannya. "Aku tidak berdoa kepada tuhan, (tetapi) aku membuat kesepakatan dengan iblis (untuk menjadi aktor Kabuki terbaik se-Jepang)," kata Kikuo.

Kikuo tidak terlahir dari keluarga seniman Kabuki, tetapi dari keluarga Yakuza. Namun, dia terlihat memiliki bakat yang luar biasa di dunia kabuki sejak kecil. Setelah pembunuhan ayahnya, Kikuo diasuh oleh Hanjiro Hanai, seorang aktor Kabuki yang dihormati. Di sana, ia bertemu dengan Shunsuke, anak tunggal Hanjiro Hanai. 

Dua pria dengan latar belakang dan bakat berbeda, Kikuo dan Shunsuke, berlatih dan tumbuh bersama sebagai aktor Kabuki. Keduanya mewarisi darah dua dunia yang bertentangan, Kabuki dan Yakuza. 

Walau demikian, mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu memutuskan untuk mendedikasikan hidup mereka demi kesempurnaan seni Kabuki. Film ini penuh dengan drama tentang kehidupan Kikuo dan Shunsuke melewati lima puluh tahun perjalanan yang penuh dengan pasang surut ketenaran, garis keturunan, bakat, skandal, kemuliaan, serta kepercayaan dan pengkhianatan yang saling bertaut.

Selain unsur sejarah dan drama, film yang diproduksi Sony Pictures ini juga menampilkan gambar-gambar nan indah sekitar 2,5 jam penayangan. Film Kokuho disutradarai oleh Sang-il Lee. Film ini telah berkelana ke berbagai festival film dunia sepanjang 2025, mulai Cannes Film Festival, Shanghai International Film Festival, Toronto International Film Festival, hingga Busan International Film Festival.

Sebagai sutradara, pria yang lahir 1974 ini memulai kariernya di dunia perfilman melalui Sekolah Film Jepang. Film remake berbahasa Jepang dari karya Clint Eastwood, Unforgiven, yang ia sutradarai, tayang perdana di Festival Film Venesia pada tahun 2013. Karya-karyanya yang lain mencakup Hula Girls, Rage, dan Wandering.

Para aktor terkenal terlibat dalam film ini, antara lain Ryo Yoshizawa, Ryusei Yokohama, Mitsuki Takahata, Shinobu Terajima, Soya Kurokawa, Keitatsu Koshiyama, Min Tanaka, dan Ken Watanabe.(M-2)