Alumni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) kini lebih banyak yang menjadi pengusaha atau entrepreneur ketimbang menjadi dosen. Kini, tersisa sekitar 25 persen lulusan FMIPA yang menjadi dosen.
Hal itu disampaikan oleh Dekan FMIPA UGM, Kuwat Triyono dalam acara Malam Kangen Alumni di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (14/9).
“Lulusan yang ingin menjadi ilmuwan, peneliti, termasuk dosen, itu tidak banyak. Kira-kira 20 sampai maksimal 25 persen. Lulusan FMIPA itu tidak banyak yang ke bidang scientific, malahan kebanyakan adalah profesional, menjadi pengusaha atau CEO. Itu yang bagi saya sangat membanggakan,” kata Kuwat Triyono.
Hal tersebut merupakan dampak dari penguatan program FMIPA UGM yang membangun skill entrepreneurship bagi mahasiswa dan alumni mereka. Sebagai contoh, FMIPA UGM menyediakan program magang ke luar negeri yang kemudian dapat dilanjutkan dengan kontrak kerja. Maka dari itu, kini orientasi lulusan FMIPA bukan lagi menjadi dosen.
“Misalnya tahun ini kami sudah menyeleksi sebanyak 12 mahasiswa fisika, kita berangkatkan ke Taiwan. Programnya dual negeri, tiga tahun di FMIPA, satu tahun di universitas di Taiwan, satu tahun lagi di industri. Itu kontrak kerja, kenapa kontrak? Karena pembiayaan selama dia studi di Taiwan itu ditanggung oleh perusahaan, maka dia ikatan dinas lah,” jelas Kuwat.
Untuk membantu lulusannya bisa bersaing di dunia kerja, FMIPA UGM tidak hanya menyediakan fasilitas dukungan untuk riset dan penelitian saja. Mereka juga menghadirkan sarana untuk pengembangan soft skill untuk mahasiswa yang mendorong lulusannya berjiwa entrepreneur.
“Kita juga menyediakan fasilitas untuk branding atau menambahkan soft skill dari mahasiswa, yaitu soft skill yang terkait dengan komunikasi, attitude, dan lain-lain. Itu fasilitas kita sediakan dan bekerja sama dengan salah satu foundation di Amerika,” ungkap Kuwat.
Penyediaan fasilitas ini sejalan dengan salah satu lulusan alumni FMIPA yang kini bekerja sebagai Direktur Pengembangan Talenta di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, yaitu Mif Ardianata Pratama Putra.
Mif adalah lulusan Program Studi Elektronika dan Instrumentasi angkatan 2019. Dirinya juga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi S2 di Imperial College London, Inggris.
“Pesan untuk yang masih aktif sebagai mahasiswa, terus explore diri, baik itu softskill atau hardskill. Softskill di sini contohnya public speaking, communication skill, organization skill, dan lain sebagainya. Kita sebagai scientist tidak harus menguasai bidang lab dan riset saja, tapi macam-macam. Bisa entrepreneurship, buka usaha, S2 ke luar negeri, dan lain-lain,” kata Mif.
“Kemudian personal branding di media sosial, seperti Instagram, Tiktok, LinkedIn, Facebook. Itu pintu utama kita bisa dikenal oleh dunia. Percuma kita pintar, punya riset yang besar, tapi tidak pernah dipublish. Ketika kita punya satu kemampuan terus kita publish, orang akan tahu kita, dan kita bisa punya berbagai macam opportunity. Jadilah scientist yang inovatif dan keren,” tutur Mif.