Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah mengupayakan transformasi terhadap prospek kerja lulusannya. Mereka berusaha agar lulusannya tak lagi sekadar menjadi dosen dan tenaga pengajar. Maka dari itu, kini mereka sedang mengelola proyek industri sebesar Rp 70 miliar untuk kemitraan dan membuka jaringan kerja alumni.
Dekan FMIPA UGM, Kuwat Triyono, menyebutkan bahwa mereka memfasilitasi mahasiswa dan lulusannya untuk membenahi diri secara soft skill agar bisa tampil lebih kompeten saat memasuki dunia karir.
“Tahun 2022 itu kita baru mengelola sekitar enam proyek industri, dan nilainya hanya sekitar Rp 9 miliar. Kalau sekarang sudah meledak menjadi Rp 70 miliar. Tahun depan mudah-mudahan Rp 170 miliar. Kami sangat dekat dan bermitra dengan industri,” kata Kuwat, Sabtu (14/9).
Dengan adanya pengelolaan proyek dan kemitraan dengan industri, Kuwat berharap mahasiswanya tidak kebingungan saat sudah mencapai semester tua. Tidak ada lagi ketidaksiapan untuk terjun ke dunia kerja.
“Pokoknya kalau sudah semester 4 atau 5, ditanya besok mau kerja di mana atau sebagai apa? Kalau masih bingung itu berarti dia tidak siap. Nah, sekarang dari awal sudah kita siapkan. Jadi, menyiapkan dari awal itu penting, dan itulah FMIPA sekarang,” ucap Kuwat.
Kuwat juga sudah pernah mengumpulkan lulusan FMIPA UGM yang kini memiliki jabatan sebagai chief executive officer (CEO) pada sebuah perusahaan. Hal itu dilakukannya tahun 2023 di Jakarta, dan ada sekitar 100 orang lulusan FMIPA UGM yang telah menjadi CEO.
Hal ini menurut Kuwat, menegaskan bahwa FMIPA UGM sudah memiliki citra yang berubah, bahwa saat ini lulusan dari FMIPA UGM juga bisa menjadi entrepreneur dan mengelola hal-hal yang mereka minati di luar riset dan keilmuan. Dari sanalah ia memulai proyek besar untuk pengembangan lulusan FMIPA UGM.
“Belum lama kami mengumpulkan CEO dalam waktu satu minggu di wilayah Jakarta itu langsung 100 lebih CEO alumni dari FMIPA terkumpul. Di situlah kita mulai berpikir ulang, sebetulnya lulusan MIPA itu nantinya sebagai apa? Nah, kemudian dari situ kita bangun, kita bentuk orang-orang yang datang tadi menjadi advocacy report-nya FMIPA UGM,” pungkas Kuwat.