
PRODUKSI garam di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terhambat faktor cuaca. Padahal harga garam saat ini dihargai cukup tinggi.
Ismail Marzuki, seorang petani garam asal Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, menjelaskan harga garam saat ini sebenarnya cukup tinggi.
“Berkisar Rp900 hingga Rp1.000 per kilogram,” tutur Ismail, Selasa (26/8).
Hambatan Cuaca
Namun, lanjut Ismail, petambak garam justru tidak bisa menikmati keuntungan dari tingginya harga garam saat ini. Kondisi tersebut dikarenakan produksi garam terganggu akibat kondisi cuaca yang tidak bersahabat bagi mereka.
“Hujan yang masih turun hampir setiap bulan dan banjir rob yang terus merendam tambak membuat lahan garam sulit menghasilkan kristal putih. Padahal kami sudah mulai mengolah lahan untuk produksi garam sejak Mei 2025,” tutur Ismail.
Kondisi ini, lanjut Ismail, membuat petambak garam akhirnya memilih untuk menghentikan produksi.
“Sebagian besar tambak garam ditinggalkan. Mereka tentu merugi,” tutur Ismail.
Modal Besar
Ini dikarenakan sejak awal musim mereka sudah mengeluarkan modal untuk persiapan produksi garam.
Modal yang dikeluarkan meliputi sewa lahan, pembelian material, hingga perbaikan tanggul tambak yang rusak diterjang rob. Namun, biaya tersebut belum menghasilkan keuntungan karena proses produksi terus terhambat.
“Modal sudah banyak dikeluarkan, tapi belum bisa menghasilkan karena kami belum bisa produksi,” jelas Ismail.
Sementara itu M. Asral, petambak garam lainnya mengaku masih meneruskan produksi garam.
“Ada juga petambak yang meneruskan produksi garam, tapi jumlah sedikit,” tutur Asral.
Sekalipun meneruskan produksi, Asral mengaku hanya sekali merasakan panen tahun ini dengan hasil kurang dari 100 kilogram.
“Setelah itu, hujan deras kembali mengguyur sehingga lahan garamnya tak lagi bisa diolah,” tuturnya.
Ditambahkan Asral, kondisi ini membuat semangat sebagian petani menurun. Tidak sedikit yang memutuskan berhenti sementara, meski harga garam di pasar saat ini cukup menguntungkan bagi petani. (UL/E-4)