Hari Pahlawan, Hanya 8 Persen Pahlawan Nasional Perempuan

3 weeks ago 7
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Hari Pahlawan, Hanya 8 Persen Pahlawan Nasional Perempuan Marsinah sosok pejuang buruh yang menjadi Pahlawan Nasional(Antara Foto)

PERINGATAN Hari Pahlawan Nasional menjadi momentum menegaskan pentingnya mengenang dan meneladani semangat juang para pendahulu bangsa, termasuk perempuan. Namun, Komnas Perempuan menilai jumlah pahlawan nasional perempuan baru sedikit yang diakui negara.

Ketua Komnas Perempuan Maria Ulfa Anshor menyampaikan, dari total 206 pahlawan nasional yang telah ditetapkan pemerintah, hanya 16 orang atau sekitar delapan persen yang merupakan perempuan. 

“Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cermin dari konstruksi sejarah yang sering menempatkan perempuan sebagai pendukung, bukan pelaku utama perjuangan bangsa,” ujar Maria dalam webinar peringatan Hari Pahlawan yang digelar Komnas Perempuan, Senin (10/11).

Ia menegaskan, sejarah yang adil gender merupakan fondasi bagi masa depan yang berkeadilan. Karena itu, Komnas Perempuan mendorong agar pengalaman, perjuangan, dan kontribusi perempuan diakui sebagai bagian integral dari sejarah nasional. 

Maria menyebut, ada beberapa tokoh perempuan yang dapat diteladani. Antara lain Siti Manggopoh, pejuang asal Sumatera Barat yang memimpin perlawanan terhadap pajak kolonial, Sri Mangunsarkoro, yang memperjuangkan pendidikan bagi perempuan, serta Ida Nasution, aktivis yang berani menyuarakan kritik terhadap kolonialisme dan hilang pada 1944. 

“Mereka bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga penanda moral bangsa,” kata Maria.

Sejarawan Universitas Gadjah Mada, Mutiah Amini menjelaskan bahwa nama-nama seperti Siti Manggopoh menunjukkan betapa banyak pahlawan perempuan yang belum terungkap dalam historiografi Indonesia. 

Ia menilai buku-buku sejarah nasional selama ini masih berpusat pada figur laki-laki dan Jawa, sehingga perempuan dari wilayah lain seakan tidak memiliki masa lalu.

“Kalau kita berbicara tentang sejarah, ruangnya selalu laki-laki. Seakan-akan perempuan tidak punya masa lalu. Padahal kemerdekaan dan perjuangan bangsa itu hasil kerja bersama laki-laki dan perempuan,” ujarnya. 

Ia menambahkan, masih ada pekerjaan besar untuk menulis ulang sejarah Indonesia agar lebih inklusif terhadap peran perempuan, termasuk melalui pembelajaran sejarah perempuan dan gender di universitas.

Menurut Mutiah, konsep pahlawan juga perlu dikaji ulang agar tidak sekadar menampilkan sosok perempuan yang melawan kolonialisme, tetapi juga mencakup perjuangan perempuan di berbagai konteks sosial, budaya, dan geografis. 

“Perempuan itu bukan satu kategori tunggal. Ada perempuan di Jawa, di Agam, di Papua, di Natuna, semuanya punya bentuk perjuangan yang berbeda dan layak diakui,” katanya.

Dalam konteks Siti Manggopoh, Mutiah menilai perjuangan tokoh asal Agam, Sumatera Barat, ini tidak semata tentang pajak kolonial, melainkan juga perlawanan terhadap ketidakadilan sosial dan kultural. 

Hidup pada masa 1880 hingga 1965, Siti Manggopoh memimpin perlawanan bersenjata dalam peristiwa yang dikenal sebagai Blasting War dan menjadi satu-satunya perempuan yang memimpin aksi tersebut. Ia kemudian ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah kolonial.

“Siti Manggopoh keluar dari zamannya. Ia melakukan perlawanan secara langsung, bukan hanya dari belakang atau dari dapur umum seperti citra yang sering dilekatkan pada perempuan dalam sejarah,” jelasnya. 

Ia menambahkan, kesadaran Siti Manggopoh berakar dari sistem sosial Minangkabau yang matrilineal, di mana perempuan memiliki hak atas tanah dan harta warisan keluarga, sehingga kebijakan pajak kolonial yang menekan masyarakat lokal turut mengancam hak-hak perempuan.

Namun, Mutiah menyebut, jejak Siti Manggopoh masih sulit ditemukan dalam arsip formal, namun sempat dimuat dalam majalah Hikmah pada 1960-an melalui wawancara menjelang akhir hayatnya. 

Ia berharap penelitian lanjutan, termasuk melalui dokumen pribadi keluarga, dapat dilakukan untuk memperkaya pemahaman tentang tokoh tersebut. (H-4)

Read Entire Article