COACH Rheo, pionir bidang penyembuhan trauma, meraih penghargaan Emerging Award dari Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) dalam Festival Karya Cipta Indonesia.
Inovasi terbarunya, Doa Physiopsychotherapy, sebuah metode unik untuk menghilangkan trauma secara menyeluruh, diakui sebagai tonggak baru dalam dunia psikologi Indonesia. Prestasi ini membuktikan Indonesia bisa menghasilkan solusi inovatif untuk masalah kesehatan mental global.
Doa Physiopsychotherapy sebagai metode inovatif yang dikembangkan Coach Rheo jadi terobosan dalam dunia psikologi Indonesia.
Berdasarkan bukti empiris, Doa terbukti efektif menghilangkan trauma secara menyeluruh dan konsisten. Metode ini tidak hanya membantu individu mengatasi masalah psikologis seperti depresi dan kecemasan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat secara luas.
Baca juga : Stres di Lingkungan Kerja Memengaruhi Kesehatan Mental dan Turunkan Produktivitas
Menurut Coach Rheo, Doa berbeda dengan pendekatan konvensional yang umumnya menekankan penerimaan atau pengendalian emosi negatif akibat trauma. Metode Doa menggunakan pendekatan yakni beban emosi traumatik bisa dihilangkan secara sistematis, konsisten, permanen, dan terukur.
“Metode ini memungkinkan individu melanjutkan hidup tanpa terus dibayangi masa lalu,” ujar Coach Rheo, yang juga salah satu pendiri Yayasan Konseling Harapan Indonesia (Yakhin) tersebut.
Saat ini, melalui Yakhin, Coach Rheo terus berkomitmen menyebarluaskan metode Doa dan membantu lebih banyak orang keluar dari jerat trauma.
"Melalui Doa, kami memberikan solusi yang tidak hanya meredakan gejala, tetapi menghilangkan akar masalahnya," ungkapnya.
Dia mengakui sejak diperkenalkan pada 2020, Doa membantu banyak orang mencapai kesejahteraan mental yang lebih baik Coach Rheo berharap dari penghargaan Himpsi, jadi langkah awal menuju revolusi bidang kesehatan mental. Dia berjanji terus mengembangkan dan menyebarluaskan sistem Doa agar banyak orang merasakan manfaatnya.
“Ini sebagai tonggak penting meraih stage of liberation atau kemerdekaan seutuhnya dari beban emosi dalam jiwa,” tutupnya. (H-2)