Seluruh sumur migas yang ada di Indonesia harus lebih produktif, sebab begitu lifting menurun maka beban keuangan negara akan semakin tinggi untuk mengimpor bahan bakar.
"Saya titip yang berkaitan dengan lifting minyak, harus naik, dengan cara apa pun harus naik," tegasnya saat Malam Puncak HUT Ke-79 Pertambangan dan Energi, Kamis (10/10).
Terkait persoalan lifting itu, Jokowi juga berdiskusi bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani siang hari tadi. Keduanya sepakat persoalan ini harus dibenahi lantaran, sekecil apa pun penurunan lifting minyak seperti 50-100 ribu barel per hari, kenaikan impornya bisa ratusan triliun rupiah sehingga devisa pun menghilang.
Dia meminta baik itu BUMN yakni PT Pertamina (Persero) maupun sektor swasta dan perusahaan asing, semuanya harus bekerja sama menaikkan lifting minyak.
"Jangan sampai lifting minyak kita biarkan turun, seliter pun enggak boleh, harus naik. Setiap tahun harus naik," tegas Jokowi.
Untuk meningkatkan lifting minyak ini, Jokowi juga menyoroti tugas Kementerian ESDM yang harus dilakukan adalah menyederhanakan regulasi.
"Semua yang berkaitan dengan hal memakan waktu lama, berputar-putar dari meja 1, 2,3, 4,5 harus mulai disederhanakan. Ini harus mulai disimpelkan Pak Menteri," imbuhnya.
Investasi yang masuk ini, menurut Jokowi, akan meningkatkan kegiatan eksplorasi migas nasional sehingga lifting pun naik, juga bisa membuka lapangan pekerjaan.
"Tanpa penyederhanaan izin, tanpa membuat simpel regulasi yang kita miliki sangat sulit kita bersaing, berkompetisi dengan negara-negara lain," jelasnya.
"Karena sekali lagi saya sampaikan, ke depan negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat, bukan negara besar mengalahkan negara kecil. Bukan negara kaya mengalahkan negara berkembang. Tapi negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat," pungkas Jokowi.