ARTICLE AD BOX
MUSEUM Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung, salah satu unit museum dari Indonesian Heritage Agency akan menyelenggarakan kegiatan Kenduri Agung, yang merupakan kegiatan budaya aktivasi Masyarakat Sangiran Desa Ngebung yang masih lestari dan hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Indonesian Heritage Agency sebagai pengelola Museum Manusia Purba Sangiran dengan Pemerintah Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, dan Kabupaten Sragen. Bertujuan melestarikan budaya lokal sekaligus menarik wisatawan untuk berkunjung ke Museum Manusia Purba Klaster Ngebung, acara ini juga mendukung pelestarian warisan budaya Sangiran sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Penanggung Jawab Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung, Wahyu Widiyanta menjelaskan bahwa museum manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung berdiri di tengah masyarakat yang masih menjunjung tinggi tradisi dan kebudayaan lokal.
Baca juga : Direktorat Jenderal Kebudayaan Kawal Repatriasi 288 Artefak Bersejarah dari Belanda
“Sehingga pelaksanaan kegiatan Kenduri Agung Masyarakat Sangiran adalah bentuk sinergi dan kolaborasi antara museum dan masyarakat,” ungkapnya, Rabu (2/10).
Pelaksanaan kegiatan ini juga bertujuan untuk melindungi, mengembangkan, serta memanfaatkan Cagar Budaya Sangiran sebagai salah satu situs manusia purba terpenting di dunia. Terletak di area kunci penemuan Situs Sangiran, Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung dikenal sebagai lokasi di mana "Sangiran flake industry" pertama kali terungkap, memberikan gambaran penting tentang budaya manusia purba di Indonesia.
Situs ini menjadi pusat riset internasional yang berharga, menghadirkan penemuan fosil manusia, hewan, dan artefak budaya dari periode Plestosen Bawah hingga Tengah, yang memberi wawasan mendalam mengenai kehidupan dan evolusi manusia purba. Pengunjung di sini berkesempatan melihat langsung bukti arkeologis kehidupan masa lampau yang membantu memahami perjalanan panjang evolusi manusia.
Baca juga : Galeri Nasional Indonesia akan Lakukan Penyesuaian Tarif Mulai 1 September 2024
Selain menjadi destinasi edukatif, Museum Sangiran Klaster Ngebung juga memiliki dimensi spiritual bagi masyarakat sekitar. Dengan perpaduan antara nilai sejarah, budaya, dan kepercayaan lokal, Museum Sangiran Klaster Ngebung menawarkan kesempatan bagi masyarakat luas untuk menyelami warisan manusia purba sekaligus menghormati tradisi yang terus hidup di tengah masyarakat.
Museum ini menjadi simbol penting dari bagaimana warisan purbakala dapat bersinergi dengan keyakinan lokal, menciptakan kesadaran akan pentingnya melestarikan dan meresapi nilai-nilai sejarah serta budaya yang ada.
“Kami percaya bahwa pelestarian kebudayaan dan warisan sejarah adalah tanggung jawab bersama. Melalui acara seperti Kenduri Agung ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk terus aktif berpartisipasi dalam merawat Cagar Budaya Sangiran, sekaligus mendapatkan manfaat dari keberadaan museum yang juga sebagai pusat edukasi prasejarah dan kebudayaan," ujar Wahyu Widiyanta.
Baca juga : Harga Tiket Museum Dinilai Terlalu Murah
Ketua Tim Museum dan Galeri Indonesian Heritage Agency, Zamrud Setya Negara menambahkan bahwa pelaksanaan program inovatif Kenduri Agung adalah bagian dari penerapan konsep Reimajinasi Museum, khususnya pilar Reprogramming dari Indonesian Heritage Agency.
"Dengan menggabungkan unsur budaya lokal dan koleksi prasejarah, kami berharap program ini bisa menjadi jembatan antara warisan budaya masa lalu dan masyarakat modern, memperkuat identitas lokal sekaligus menarik minat pengunjung untuk datang ke Museum Manusia Purba Sangiran, khususnya Klaster Ngebung,” lanjutnya.
Kegiatan Kenduri Agung Masyarakat Sangiran akan memadukan tradisi lokal dan kesenian Jawa melalui rangkaian kegiatan yang berlangsung selama tiga hari. Pada 3 Oktober 2024, Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung akan melaksanakan prosesi Kirab Tumpeng yang akan diikuti oleh seluruh masyarakat, sebagai simbol kebersamaan dan syukur, dilanjutkan dengan acara tirakatan bersama untuk memanjatkan doa dan refleksi.
Pada 4 Oktober 2024, masyarakat akan berpartisipasi dalam kegiatan Senam Massal bersama, yang diadakan untuk memupuk kebersamaan serta menjaga kesehatan fisik dan mental.
Puncak acara akan digelar pada 5 Oktober 2024, dengan pertunjukan Wayang Kulit oleh Ki Dalang Cahyo Kuntadi, yang akan dimeriahkan oleh Niken Salindri dan Gareng Semarang sebagai bintang tamu. Pagelaran wayang kulit, sebagai kesenian tradisional khas Jawa, diharapkan mampu menginspirasi masyarakat untuk semakin mencintai dan melestarikan warisan budaya Indonesia. Untuk pagelaran wayang kulit juga dapat ditonton secara live di akun Youtube sangirankita. (H-2)