
SETELAH mengeluarkan tiga buku, yaitu Sudjojono dan Aku, Dari Kamp ke Kamp, serta Kelindan Asa dan Kenyataan, buku memoar keempat milik perupa Mia Bustam dengan judul Mutiara Kisah Masa Lalu akhirnya dirilis. Dengan terbitnya buku ini maka lengkaplah autobiografi Mia Bustam, sejak kelahirannya pada 1920 hingga keberpulangannya pada 2011.
Buku Sudjojono dan Aku berfokus pada periode atau pengalaman saat Mia menjalin hubungan rumah tangga dengan bapak seni modern Indonesia Sindoedarsono Sudjojono. Buku Kamp ke Kamp mengulas kisah Mia selama dirinya menjadi tahanan pada rezim Orde Baru. Lalu, buku Kelindan Asa dan Kenyataan memuat kisah Mia Bustam setelah bebas dari penjara sampai dia meninggal dunia.
Adapun buku Mutiara Kisah Masa Lalu menguak kisah di saat Mia belum dilahirkan dan masa kecilnya. Buku ini terdiri atas sejumlah memoar tentang perjalanan ibu, ayah, kakek, nenek, hingga bibi. Ada kisah dan momen penting perjalanan keluarga Mia, dari pertemuan ayah dan ibunya sampai kisah sang ayah yang dipecat secara tidak terhormat dari pekerjaannya.
Berisikan sekitar 300 halaman, perjalanan kisah masa lalu Mia Bustam dibuka dengan memoar sang ibunda. Pada bagian itu Mia terlihat tidak malu-malu mengungkap deretan kisah penting yang pernah dialami ibunya, seperti sang ibu yang memiliki kulit gelap hingga kenakalan-kenakalan Srijati (nama ibunda) semasa kecil.
Mia juga menuturkan cukup rinci sosok seperti apa sang ibunda sebagai seorang istri. Kisah Srijati pada masa krisis setelah melahirkan adik Mia Bustam pun dijelaskan dengan baik. Yang juga tidak kalah menarik ialah Mia berbagi tentang kisah ibunya yang sangat aktif melakukan banyak kegiatan di luar rumah, sampai kisah perselingkuhan sang ayah dengan seorang bintang ketoprak, juga kematian sang ibunda.
Setelah menceritakan cukup panjang tentang ibu, perjalanan buku Mutiara Kisah Masa Lalu bergeser pada memoar sang ayah, Sasmojo. Berbeda dengan kisah ibunya yang lebih banyak diungkapkan lewat memoar lebih ringan dan hangat, pada bagian Bapak, Mia lebih banyak bercerita tentang kesibukan Sasmojo sebagai pegawai negeri serta perjalanan pendidikan ayahnya di Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA).
Kisah-kisah yang sedikit serius dituturkan Mia pada memoar Bapak, entah kenapa rasanya sedikit sekali hal yang berkisah tentang kehangatan Sasmojo dengan anaknya. Mungkin karena kurang dekatnya Mia dengan sang ayah, seperti yang dikatakan Mia pada bagian memoar Ibu, bahwa dia tidak terlalu banyak memiliki waktu dengan sang ayah yang sibuk bekerja.
Pada buku ini, Mia tidak hanya menceritakan tentang keluarganya. Dituturkan pula perihal memoar Mak Usman, seorang pengasuh yang sudah bekerja dengan keluarga Mia selama puluhan tahun. Mak Usman turut membantu melayani nenek Mia, ibunya, sampai juga menjadi pengasuh Mia saat kecil.
Kendati tidak terlalu banyak yang dituliskan Mia, memoar Mak Usman cukup terasa nyaman untuk disimak. Secara singkat Mia menjelaskan perjalanan Mak Usman bersama keluarganya sampai ia meninggal dunia. Potret kehangatan dan kebahagiaan Mak Usman dalam mengurus keluarga Mia terlihat cukup jelas, termasuk bagaimana dia memberikan jajanan kepada adik Mia (Dandiek) dari uang hasil gajinya. Meskipun usianya sudah masuk 60 tahun, Mak Usman terlihat sangat bahagia menjadi pengasuh di keluarga Mia.
Setidaknya ada 10 tokoh yang dituliskan Mia dalam buku Mutiara Kisah Masa Lalu. Seluruh tokoh itu merupakan orang-orang yang mewarnai perjalanan masa kecil Mia. Meskipun buku ini merupakan jahitan dari berbagai periode atau pengalaman tertentu, dengan cukup baik Mia membungkusnya menjadi satu kesatuan cerita yang mudah dipahami.
Melalui buku ini Mia tampaknya ingin membawa pembaca untuk masuk ke dalam kehidupan masa kecilnya lewat gaya penulisan yang sangat terbuka. Menjadi menarik pada buku ini ialah bagaimana Mia bertutur, yang membawa pembaca seolah sedang mendengarkan dongeng yang dibacakan olehnya. Dalam tulisan ini, Mia juga tidak terlihat memaksa diri untuk menggali detail beberapa momentum atau tokoh. Bila tidak tahu detail cerita, dengan lugas dia akan mengatakan tidak tahu.
Berlatar belakang keluarga Jawa, nyaris seluruh kutipan percakapan dalam buku ini menggunakan bahasa Jawa. Hal ini tentu menjadi menarik karena dapat membawa pembaca lebih mudah mengimajinasikan setiap momen-momen yang disampaikan dalam buku. Mia juga menempatkan gaya penuturannya yang polos layaknya anak kecil-remaja, sesuai dengan kisah yang diambil pada buku, yakni masa-masa Mia berusia muda.
Bercerita tentang sejumlah momen yang bahkan terjadi di saat Mia belum lahir, seperti cerita asmara ayah dan ibunya atau cerita muda kakek dan neneknya, tentu bukan hal mudah. Namun, dengan cerdasnya Mia menuturkan kisah-kisah itu berdasarkan hasil obrolan dengan tokoh langsung, membuat apa yang di dalam buku terlihat nyata dan apa adanya.
Meski memuat memoar masa lalu, banyak pesan yang disampaikan oleh Mia dalam buku ini. Kejadian-kejadian masa lalu yang dibagikannya, oleh Mia kemudian dibandingkan dengan realitas yang terjadi di masa kini, lalu dijadikannya sebagai pesan pengingat positif bagi para pembaca. Akhir kata, buku ini sangat cocok dibaca untuk semua kalangan. Menarik bagi mereka yang ingin melihat lebih dekat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada keluarga Mia Bustam. (Rif/M-3)
Data Buku
Judul buku: Mutiara Kisah Masa Lalu
Penulis: Mia Bustam
Tahun: 2024
Penerbit: Ultimus
Halaman: 302