Afiliator muncul mengiringi pesatnya perkembangan transaksi online di marketplace. Mereka bisa mendapatkan penghasilan tanpa perlu memproduksi produk, tapi membantu mempromosikannya lewat share link produk yang dijual, video promosi, dan live di media sosial pribadi.
Pakar Komunikasi Digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, mengatakan tren afiliator di marketplace semakin meningkat seiring dengan berkembangnya pemasaran barang atau jasa melalui digital. Pelaku usaha saat ini lebih memilih memasarkan barang atau jasa melalui marketplace karena tidak mengeluarkan biaya.
Apalagi, kata Firman, saat ini di marketplace ada fasilitas untuk mempromosikan barang atau jasa melalui program afiliasi. Tentu ini akan membantu pelaku usaha menjual produk atau jasanya lebih luas lagi.
"Nah ini kemudian menciptakan supaya produknya terpromosi. Terpromosi kan artinya komunikasinya terangkat, terpromosikan. Maka ada peran-peran orang yang bisa dilibatkan, nah inilah afiliator. Jadi dengan semakin banyaknya produk yang dijual maka otomatis afiliator juga jumlahnya bertambah. Trennya akan naik terus," kata Firman kepada kumparan.
Menurut Firman, afiliator di marketplace bisa menjadi tambahan penghasilan. Cara kerjanya juga sangat mudah, bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Terlebih, afiliator di marketplace tidak memerlukan modal, sehingga memberikan ruang untuk memperoleh penghasilan tambahan.
"Mungkin yang dikeluarkan oleh afiliator kan biaya kuota saja ya, biaya kuota kemudian mungkin mengkompensasi waktu yang mungkin daripada nganggur, dia dapat 3 sampai 10 persen kali sekian produk yang kalau dia pasarkan dengan intens itu akan mendapatkan return, akan mendapatkan keuntungan," ujar Firman.
Firman optimistis prospek afiliator sebagai sumber menambah penghasilan akan cerah ke depannya. Tentunya didorong oleh pelaku usaha yang terus menjualkan produk atau jasanya melalui marketplace.
Apalagi jika pelaku usaha memberikan komisi yang kompetitif pada barang sejenis. Ini akan lebih menarik minat masyarakat menjadi seorang afiliator. Bahkan bisa menjadi pekerjaan utamanya.
"Kalau tadi kegairahan orang menjual secara online terus meningkat maka juga afiliator ini lurus juga akan meningkat. Dan kalau kita lihat seorang afiliator tidak hanya terikat pada satu produk bisa berbagai macam produk dan itu bisa menjadi pekerjaan," ungkap Firman.
Pesatnya transaksi di marketplace salah satunya bisa dilihat dari data Asosiasi E-Commerce Indonesia atau Indonesian E-Commerce Association (idEA), yang mencatat total penjualan produk pada Harbolnas 2023 mencapai Rp 25,7 triliun. Angka itu meningkat Rp 2,9 triliun dibandingkan dengan pencapaian penjualan pada Harbolnas 2022.
Pakaian fesyen dan olahraga, perawatan diri, serta kosmetik menjadi 3 kategori paling banyak dibeli selama Harbolnas 2023.
Pakaian mode dan olahraga tercatat sebesar 70 persen, perawatan pribadi 60 persen, kosmetika 50 persen, pembayaran tagihan/isi ulang 45 persen.
Kemudian, makanan dan minuman 43 persen, kebutuhan sehari-hari 41 persen, teknologi dan gadget 36 persen. Selanjutnya, produk elektronik 35 persen, travel 19 persen, hiburan 17 persen, buku dan alat tulis 15 persen.