MENTERI Agama Nasaruddin Umar menutup retreat atau kegiatan kemah lintas agama yang diikuti penyuluh lintas agama dan ormas kepemudaan dari seluruh daerah di Indonesia, Rabu (4/12).
Kemah nasional dilaksanakan selama tiga hari sejak Senin (2/12) hingga Rabu (4/12) di Camp Hulu Cai, Ciawi (Puncak), Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dalam arahannya, Menteri Nasaruddin meminta para penyuluh agama kreatif dan bisa menjaga keberagaman dengan cinta.
Dalam berdakwah, pembaharu, penyuluh menurut Menag, tidak boleh mengkambinghitamkan atau menyalahkan orang lain dan keadaan. Sekalipun itu berstatus profesor atau doktor.
Kepada para penyuluh agama, Menag mengingatkan untuk bisa berdakwah dengan arif dan bijaksana. Tidak asal atau suka mengklaim kebenaran, bahkan mengkafirkan orang lain. "Saya katakan, kalau kita menyalahkan orang lain, pertanda orang itu masih harus belajar. Tapi kalau orang itu tidak menyalahkan orang lain tidak juga menyalahkan diri sendiri, maka sudah selesai belajar. Itu sudah arif," ungkapnya.
Promosi Keberagaman
Menag menyebut bahwa nilai jual Indonesia yang paling mahal adalah keberagaman. Untuk itu dirinya menghimbau kepada semua pihak untuk saling menjaga.
Menurutnya, agama boleh berbeda, aliran boleh berbeda, tapi jangan memisahkan satu sama lain.
"Jangan di adu. The one and only. Inilah jualan Indonesia. Kementrian pertambangan boleh bangga mengekspor tambang batubara, batrai, tapi tidak ada bandingannya dengan persatuan dan kerukunan,"katanya.
"Tidak ada yang terbaik di kolong bumi ini selain Indonesia melalui binekantunggal eka. Ini komoditi ekspor dan paling mahal ada kerukunan bangsa Indonesia,"pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kamaruddin Amin mengatakan, penyuluh agama merupakan garda terdepan dalam menjaga harmoni sosial di tengah masyarakat.
“Penyuluh agama adalah entitas fundamental bagi bangsa Indonesia. Mereka menjadi pelopor stabilitas sosial, khususnya saat ada ancaman ideologi transnasional atau pihak-pihak yang ingin merusak nilai-nilai bangsa,” ujarnya.
Kamaruddin juga menyoroti peran penting penyuluh agama dalam menghadapi isu global seperti perubahan iklim.
“Penyuluh agama dapat menjadi ujung tombak mitigasi dampak perubahan iklim. Mereka tidak hanya berbicara soal agama, tetapi juga bertindak nyata untuk menciptakan lingkungan yang hijau,
Penguatan pemahaman yang komprehensif kepada para penyuluh agama mengenai pentingnya moderasi beragama sebagai pilar utama dalam menjaga harmoni sosial di Indonesia yang beragam.
Pengembangan kapasitas penyuluh agama dengan keterampilan, praktis meningkatkan kemampuan menyampaikan pesan moderasi beragama dengan efektif kepada masyarakat luas.
Membangun jaringan kolaboratif antar penyuluh agama dari berbagai daerah untuk saling berbagi pengalaman, strategi, dan inovasi dalam mengimplementasikan moderasi beragama serta jaringan kolaboratif dengan elemen atau lembaga terkait lainnya.
Penguatan peran IPARI sebagai organisasi yang berkomitmen untuk menjaga dan mempromosikan moderasi beragama di Indonesia, melalui peningkatan kualitas dan kapabilitas para penyuluh agama yang berada di bawah naungannya. (H-2)