
DI tengah geliat industri tambang dan maraknya investasi smelter di Maluku Utara, muncul sebuah gerakan yang fokus pada pembangunan sumber daya manusia dan ekonomi berbasis tambang hijau serta teknologi. Gerakan ini bernama Indonesia Brain Maluku Utara yang diprakarsai oleh putra daerah Jhoni Timbangnusa.
Alih-alih hanya mengeksplorasi sumber daya alam, Jhoni mendorong pengelolaan potensi manusia melalui konsep Dana Abadi Rakyat Tambang.
Maluku Utara memiliki kekayaan alam luar biasa—mulai dari tambang nikel, laut yang kaya hasil, hingga rempah premium seperti pala dan cengkih. Untuk memastikan kekayaan ini dikelola demi kesejahteraan rakyat, Jhoni Timbangnusa menggagas pembentukan Dana Abadi Rakyat Tambang. Terinspirasi dari Norwegian Oil Fund, dana ini dirancang berbasis royalti tambang nikel dan dikelola untuk kepentingan masyarakat, bukan kelompok tertentu.
Target pengumpulan dana adalah menghimpun minimal 1% dari pendapatan tahunan perusahaan tambang besar yang beroperasi di Maluku Utara.
Fokus Pemanfaatan Dana
Dana yang terkumpul akan dialokasikan untuk program-program strategis, seperti:
- Beasiswa vokasi dan pelatihan teknis bagi generasi muda Maluku Utara agar siap bersaing di dunia kerja.
- Digitalisasi dan data desa untuk meningkatkan transparansi dan konektivitas antarwilayah.
- Pengembangan usaha baru yang dikelola anak muda lokal dengan dukungan inkubator bisnis.
Program ini menggunakan pendekatan outcome-based, yang berarti setiap dana yang dikeluarkan harus memberikan dampak nyata, misalnya:
- 5.000 siswa tersertifikasi dan terserap kerja.
- 500 desa terkoneksi dan transparan secara digital.
- Pusat inovasi daerah (Centre of Excellence) berdiri di berbagai titik strategis Maluku Utara.
Membangun Masa Depan dari Tanah Rempah dan Laut Dalam
Inkubator Rempah di Tidore dan Kampus Kelautan di Ternate bukan sekadar program—mereka adalah titik tolak gerakan besar untuk menjadikan anak-anak Maluku Utara sebagai pemain utama dalam ekspor rempah premium dan kekuatan ekonomi laut global.
Dengan sertifikasi ekspor tuna, pala, dan cengkih ke Jepang, Korea, dan Eropa, kita tidak lagi menjual bahan mentah—kita menjual kualitas, cerita, dan kebanggaan.
Model koperasi dan startup yang diinkubasi oleh Indonesia Brain membuka peluang kepemilikan bersama—rakyat tidak hanya bekerja, tapi juga memiliki dan mendapat bagian dari keuntungan ekspor.
Waktunya Jadi Pemilik, Bukan Penonton
Dari berbagai program yang dijalankan—mulai dari Inkubator Rempah di Tidore hingga Kampus Kelautan di Ternate—Jhoni Timbangnusa tampak konsisten mengangkat semangat kemandirian dan pemberdayaan anak muda daerah.
Jhoni menyampaikan harapan besarnya terhadap generasi muda Maluku Utara.
"Kita punya laut, rempah, tambang emas, nikel, biji besi, gas, mangan dan sejarah besar. Sekarang kita butuh anak-anak muda yang siap jadi pelaku, bukan hanya penonton. Jangan tunggu dikasih peluang—ciptakan sendiri peluang itu dari tanahmu sendiri," ujar Jhoni dengan tegas.
Ia juga membuka ruang kolaborasi seluas-luasnya, khususnya bagi mereka yang ingin membangun usaha, belajar ekspor, atau menjadi bagian dari gerakan Indonesia Brain yang kini aktif menghubungkan komunitas lokal dengan pasar nasional dan global. (Z-1)