Berkendara di jalan memang butuh konsentrasi dan kehati-hatian. Salah sedikit saja, kecelakaan bisa terjadi. Apalagi jika berkendaranya di jalanan Kota Medan. Bagi warga pendatang, berkendara di ruas jalanan di Medan cukup membuat deg-degan.
"Aku seram kali ku rasa, kayak orang gila semua (berkendara)," kata Sindy, warga asli Kabupaten Karo yang berkuliah di Medan, pada Rabu (16/10).
Sindy menyebut bahkan untuk menyeberang saja, ia kerap takut. Lantaran, laju sejumlah kendaraan cukup kencang. Selain itu, katanya, banyak warga menerobos lampu merah.
“Mau nyeberang juga takut, deg-degan,” kata dia.
Apa benar banyak pengendara yang menerobos lampu merah? kumparan mengeceknya di dua titik lampu merah di Kota Medan pada Rabu siang (16/10).
Pertama, di lampu merah Simpang Pelangi-SM Raja. Posisi lampu merah ini ada di perempatan jalan.
Saat itu, lampu dari arah Jalan SM Raja sedang menunjukkan warna merah, namun sejumlah kendaraan terlihat melebihi batas garis berhenti yang ditentukan. Selain itu, sebuah sepeda motor terlihat melajukan kendaraan meski lampu sudah merah.
Lalu, ketika lampu sudah hijau, pengendara pun mulai berjalan. Namun, dari arah kanan jalan yakni Jalan Turi terlihat sebuah motor menerobos. Hal ini bikin laju sejumlah mobil terhenti.
Di sisi lain, saat lampu kuning pengendara tidak menghentikan lajunya. Bahkan, ketika sudah lampu merah, sejumlah mobil tetap menjalankan kendaraannya.
Di titik kedua, kumparan coba memantau lampu merah Simpang Djuanda yang juga perempatan. Tak jauh berbeda kondisinya.
Sejumlah pengendara menerobos lampu merah. Kendaraan yang sekilas terlihat menerobos adalah jenis sepeda motor.
Tika, warga asli Kota Medan, mengaku kebiasaan berkendara menerobos lampu merah sudah biasa terjadi. Bahkan, menurut wanita usia 28 tahun itu, hal itu sudah ia rasakan sejak SD.
Selain itu, laju kendaraan di Medan yang cukup brutal menurutnya juga hal yang biasa terjadi.
“Kalau dibandingkan sama daerah lain tentu iya (brutal). Tapi kalau sebagai warga ini hal yang biasa aja,” kata Tika.
Menurut Tika, cara berkendara macam itu memang sudah jadi suatu kebiasaan termasuk bagi dirinya.
“Bukan brutal juga ya dibilang, tapi ngikutin ritme perjalanan di sini. Kalau kita lamban takutnya diseruduk orang pula,” kata dia.