Misteri Cahaya di Langit Tahun 1950-an Mulai Terungkap, Diduga Terkait Uji Coba Nuklir

Ilustrasi cahaya misterius.(Dok: ABC Australia)

PENELITIAN mengungkap bahwa cahaya-cahaya misterius di langit yang terekam lebih dari 70 tahun lalu kemungkinan memiliki kaitan dengan uji coba senjata nuklir. Temuan ini diperoleh setelah peneliti menganalisis foto-foto arsip dari Observatorium Palomar di California, yang diambil antara tahun 1949 hingga 1957.

Dalam foto-foto tersebut, para peneliti menemukan sejumlah titik cahaya yang muncul sesaat, terlihat hanya dalam satu jepretan dan menghilang pada foto berikutnya, meski diambil di wilayah langit malam yang sama.

Analisis menunjukkan bahwa kemunculan objek-objek sementara ini memiliki korelasi kuat dengan tanggal-tanggal uji coba senjata nuklir, serta laporan penampakan fenomena anomali tak dikenal atau unidentified anomalous phenomena (UAP), yang pada masa itu lebih dikenal dengan istilah UFO.

Stephen Bruehl, profesor anestesiologi dari Universitas Vanderbilt dan penulis utama studi ini, mengatakan bahwa data menunjukkan hubungan signifikan antara ketiga fenomena tersebut.

“Jumlah objek sementara lebih dari dua kali lipat pada hari-hari yang bertepatan dengan jendela waktu uji coba nuklir dan laporan penampakan UAP, dibandingkan dengan hari-hari tanpa keduanya. Meski skalanya kecil, hubungan antara uji coba nuklir dan penampakan UAP tampak melampaui kebetulan,” ujarnya.

Seluruh foto yang dianalisis diambil sebelum 4 Oktober 1957, yakni sebelum peluncuran satelit buatan manusia pertama, Sputnik 1. Menurut para peneliti, dugaan keterkaitan antara cahaya transien di langit dan aktivitas nuklir patut dipertimbangkan. Dalam periode 1951 hingga 1957 saja, tercatat setidaknya 124 uji coba nuklir di atas permukaan dilakukan oleh Amerika Serikat, Uni Soviet, dan Inggris.

Peneliti menjelaskan bahwa dalam kondisi tertentu, radiasi dari ledakan nuklir dapat menghasilkan cahaya tampak, seperti yang terjadi pada fenomena radiasi Cherenkov. Cahaya semacam ini bisa muncul di atmosfer akibat partikel berenergi tinggi, misalnya sinar gamma, tergantung pada energi partikel dan kepadatan udara.

“Beberapa laporan bahkan menyebut adanya bola api bercahaya di langit segera setelah uji coba nuklir, di lokasi-lokasi yang mengalami jatuhan radiasi signifikan,” tulis tim peneliti dalam laporan mereka.

Untuk penelitian ini, tim menganalisis 2.718 hari pengamatan astronomi, kemudian membandingkan tanggal munculnya cahaya-cahaya sementara dengan jadwal uji coba nuklir dan laporan penampakan UAP. Hasilnya, mereka menemukan bahwa kemungkinan kemunculan fenomena tersebut meningkat 45% dalam sehari setelah uji coba senjata nuklir. 

Selain itu, jumlah kilatan cahaya meningkat seiring dengan banyaknya laporan penampakan UAP, dengan rata-rata kenaikan aktivitas transien sebesar 8,5% untuk setiap laporan tambahan. Temuan ini juga menunjukkan bahwa UAP sedikit lebih sering terlihat pada periode yang bertepatan dengan uji coba nuklir.

“Hasil kami memberikan dukungan empiris terhadap keberadaan fenomena UAP serta kemungkinan hubungannya dengan aktivitas nuklir, melampaui sekadar kesaksian visual,” tulis para peneliti.

Meskipun penelitian ini belum dapat memastikan asal-usul cahaya-cahaya tersebut atau sifat sebenarnya dari UAP. Namun, analisis mereka membantu menyingkirkan beberapa kemungkinan lain, seperti cacat pada pelat foto atau gangguan akibat puing atmosfer.

Peneliti menilai langkah selanjutnya adalah melakukan studi lanjutan dengan data observasi modern untuk mengungkap lebih jauh apa sebenarnya sumber cahaya misterius di langit pada era awal perang dingin tersebut. (newsweek.com/Z-10)