ARTICLE AD BOX
INDONESIA Police Watch (IPW) menduga ada aktor intelektual di balik kasus penyerangan dan pembubaran paksa diskusi Forum Tanah Air (FTA) di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan. Dalangnya diduga kuat dari organisasi masyarakat (ormas) sebuah partai politik (parpol) besar di Tanah Air.
"Saya cuma menyatakan bahwa pelaku pengerusakan dan tindakan anarkis ini ada berhubungan dengan satu ormas partai politik besar. Berhubungan," kata Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso kepada Metrotvnews.com, Selasa (1/10).
Sugeng belum bisa memastikan ormas dan parpol tersebut. Namun, berdasarkan video yang beredar di media sosial TikTok, kata Sugeng, ormas itu berkaitan dengan Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG).
Baca juga : JK: Parpol dan Ormas Islam Sibuk, Umat Cari Pemimpin Alternatif
"Jadi pelakunya ini berhubungan. Misalnya dengan anggota AMPG, itu kan ada. Tapi saya tidak bisa menyatakan dia (kelompok) itu anggota AMPG. Karena dia tidak memakai baju AMPG. Tapi, dia berada di tengah-tengah kegiatan Golkar," ungkap Sugeng.
Sugeng menuturkan massa pelaku penyerangan terekam kamera tengah berada dalam acara Partai Golkar dan videonya beredar di TikTok. Dalam video, kata Sugeng, terlihat pelaku pembubar diskusi tengah berbincang-bincang dengan anggota AMPG.
"Dia sendiri tidak pakai seragam AMPG ya. Dengan Golkar Pusat. Kita identifikasi ini kan anak-anak Indonesia Timur. Ada yang mengkait-kaitkan dengan Golkar yang sekarang diketuai oleh orang dari Indonesia Timur," ungkapnya.
Baca juga : Tindak Tegas Aksi Premanisme Pembubaran Diskusi
Sugeng memandang dalam politik memang mudah mengkait-kaitkan. Lama-lama, dari yang berkaitan itu terbukti kebenarannya. Berbeda dengan hukum yang harus melalui proses pemeriksaan dan alat bukti.
"Tapi kalau di politik itu, gampang nebaknya, tapi tidak bisa dikaitkan dengan pembuktian hukum," ucapnya.
Sugeng meyakini ada aktor intelektual dalam peristiwa pembubaran diskusi itu, karena tampang pelaku bukan orang-orang yang berurusan dengan politik diskusi. Sugeng memandang para pelaku hanya memikirkan makan tiga kali sehari, dapat tempat tidur di perantauan, dapat rokok, dan bisa senang-senang.
Baca juga : 11 Polisi Diperiksa Propam Terkait Pembubaran Diskusi
"Ini kompleks masalah di Indonesia, ke depannya makin kompleks. Ini yang saya agak-agak khawatir. Makanya IPW gencar.
Jadi, semua proses hukum yang terkait dengan 'kekuasaan' itu kompleksitasnya tinggi," pungkasnya.
Sebelumnya, pembubaran dan perusakan dalam acara diskusi Diaspora itu terjadi di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan pada Sabtu, 28 pukul 09.30 WIB. Puluhan orang masuk ke dalam ruang Magzi Ballroom di Hotel Grand Kemang dan memukul sejumlah sekuriti.
Dalam diskusi itu hadir sejumlah tokoh. Seperti Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2015 Din Syamsuddin, pakar hukum tata negara Refly Harun Beberapa, mantan sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu, Rizal Fadhilah, dan mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko.
Baca juga : Kapolri Instruksikan Tindak Tegas Pelaku Pembubaran Paksa Diskusi
Lima pelaku telah ditangkap. Kelimanya berinisial FEK selaku koordinator lapangan, GW selaku pelaku pengerusakan yang ada di dalam Magzi Ballroom, Hotel Grand Kemang, tempat diskusi. FEK dan GW telah ditetapkan sebagai tersangka pengerusakan dan penganiayaan.
Kemudian, JJ yang juga membubarkan hingga melakukan pengerusakan dengan mencabut baliho-baliho yang ada di dalam ruangan diskusi. Lalu, LW dan MDM yang juga berperan melakukan perusakan dan membubarkan acara yang ada di dalam ruang diskusi.
Tiga pelaku JJ, LW, dan MDM belum ditetapkan tersangka dan masih pendalaman. Polisi juga masih memburu pelaku lainnya, termasuk dalang dari aksi anarkisme itu. Hasil penyelidikan polisi ada 10-15 orang masuk ke gedung hotel dan membubarkan paksa diskusi tersebut. (J-2)