Pamer Ketahanan Finansial dan Pacu Proyek Senilai US$9 Miliar Menuju Era Nikel Hijau

Chief Financial Officer PT Vale Rizky Andhika Putra.(MI/Lina Herlina)

DI tengah tekanan pasar global dan tantangan operasional, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) justru menunjukkan ketangguhan dengan kinerja keuangan dan operasional yang solid sepanjang 2025. 

Melalui disiplin operasional dan efisiensi biaya, perusahaan tidak hanya menjaga stabilitas namun juga memacu kemajuan bersejarah untuk empat proyek strategisnya yang mengarah pada produksi nikel rendah karbon untuk industri baterai kendaraan listrik global.

Stabilitas menjadi kunci performa PT Vale. Produksi nikel matte pada triwulan ketiga 2025 mencapai 19.391 ton, mengalami kenaikan 4% dari triwulan sebelumnya yang didorong oleh perencanaan pemeliharaan yang lebih disiplin dan intervensi teknis lebih awal di site Sorowako. 

Kinerja operasional yang andal ini berhasil diterjemahkan menjadi hasil keuangan yang solid, dengan pendapatan mencapai US$705 juta, EBITDA sebesar US$166 juta, dan laba bersih yang meningkat 3% menjadi US$52 juta.

“Ketahanan finansial itu tidak datang begitu saja, melainkan dihasilkan dari kerja keras dan disiplin,” tegas Chief Financial Officer PT Vale Rizky Andhika Putra.

Ia menjelaskan bahwa penurunan cash cost nikel matte sebesar 5% berhasil dicapai melalui efisiensi di sisi pengadaan dan optimasi energi, memperkuat daya tahan perusahaan di tengah tekanan eksternal. 

Diversifikasi bisnis melalui penjualan bijih nikel saprolit yang telah mencapai 896.263 WMT hingga September 2025 semakin menguatkan lini pendapatan dan fleksibilitas komersial perusahaan.

Di balik ketangguhan operasional dan finansial hari ini, PT Vale sedang melakukan terobosan bersejarah untuk masa depan melalui program pertumbuhan senilai US$9 miliar. 

Keempat proyek strategis, yaitu Pomalaa, Bahodopi, Sorowako Limonite, dan Tanamalia, menunjukkan progres yang signifikan dan bertujuan menghasilkan 'nikel yang tepat' berupa kelas 1 rendah karbon. 

Proyek Pomalaa mencatat progres tambang sebesar 43,71% dan progres HPAL 33,04%, sementara Bahodopi telah mencapai progres tambang 89,7%. Proyek Sorowako Limonite juga telah mencapai progres konstruksi 25,37%.

“Rangkaian proyek pertumbuhan ini bukan hanya investasi, tetapi kontribusi besar bagi negeri. Setiap persen progres adalah bagian dari ambisi bersama untuk membangun ekosistem nikel energi bersih yang terintegrasi di Indonesia," tutur Chief of Projects Muhammad Asril.

Kredibilitas PT Vale di panggung global juga semakin diperkuat dengan serangkaian pengakuan keberlanjutan. Pencapaian besar lainnya adalah peningkatan Sustainalytics ESG Risk Rating menjadi 23,7, yang menempatkan perusahaan dalam jajaran Top 15 perusahaan pertambangan dengan risiko ESG terendah di dunia. Upaya menuju sertifikasi IRMA-50 juga terus berlanjut dan telah memasuki fase critical requirement improvement.

Menyambut 2026, perusahaan akan fokus pada pembentukan baseline biaya baru, peningkatan keandalan operasi, dan penguatan disiplin di tiga area operasi utama, yakni Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa. 

Dengan fondasi yang kuat dan proyek strategis yang telah digeber, PT Vale memasuki tahun depan dengan agenda jelas, yaitu meningkatkan keandalan produksi, menjaga standar keberlanjutan tertinggi, mempercepat eksekusi proyek, dan menciptakan nilai bersama bagi Indonesia. (LN/E-4)