Parasite, film asal Korea Selatan sebagai film non-Inggris pertama yang memenangkan Film Terbaik di Oscar (2020).(IMDB)
KESUKSESAN film Korea Selatan di panggung global sering kali dipersepsikan sebagai hasil kreativitas sineas film semata. Di balik deretan penghargaan internasional dan popularitas global film Korea, terdapat peran negara yang sangat besar dalam membangun, merawat, dan mendorong industri kreatif ini agar mampu bersaing secara internasional.
Mengutip dari laman Universitas Erfurt, German, sejak krisis finansial Asia 1997 mengguncang perekonomian nasional, pemerintah Korea Selatan mulai memandang sektor budaya sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Budaya tidak lagi dianggap sebagai pelengkap, melainkan sebagai industri strategis yang memiliki nilai ekonomi, diplomatik, dan simbolik. Dari sinilah lahir kebijakan budaya jangka panjang yang menjadikan film sebagai salah satu instrumen soft power utama Korea Selatan.
Pembentukan Lembaga Oleh Pemerintah
Langkah konkret dilakukan melalui pembentukan dan penguatan lembaga seperti Korean Film Council (KOFIC). Lembaga ini berfungsi sebagai penghubung antara negara dan industri film. Lembaga ini menyediakan pendanaan produksi, memfasilitasi distribusi internasional, mendukung ko-produksi lintas negara, serta membantu promosi film Korea di berbagai festival dunia.
Penerapan Kebijakan
Selain itu, pemerintah menerapkan kebijakan afirmatif seperti kuota layar, yang mewajibkan bioskop menayangkan film domestik dalam jumlah hari tertentu setiap tahun. Kebijakan ini memastikan pasar lokal tetap menjadi fondasi kuat bagi industri nasional, sekaligus memberi ruang bagi sineas lokal untuk tumbuh tanpa langsung tergerus dominasi film asing.
Penggelontoran Dana Untuk Industri Film
Dukungan negara juga hadir dalam bentuk insentif pajak, subsidi produksi, pembangunan infrastruktur perfilman, serta investasi pada pendidikan dan pelatihan melalui sekolah film dan program pengembangan talenta. Hasilnya adalah ekosistem kreatif yang relatif stabil, di mana para pembuat film memiliki akses terhadap pendanaan, pelatihan, dan pasar.
Menariknya, pendekatan Korea Selatan tidak bersifat tertutup. Negara tetap membuka diri terhadap kerja sama global, platform internasional, dan kolaborasi lintas negara. Alih-alih menutup pasar, Korea memilih memperkuat fondasi domestik terlebih dahulu agar mampu bersaing secara global. Strategi inilah yang memungkinkan film Korea tampil di festival dunia, masuk ke platform streaming global, dan menjangkau audiens lintas budaya.
Memperkenalkan Negara di Mata Dunia Tidak Perlu Bersifat Nasionalisme Semata
Keberhasilan ini juga berdampak pada posisi Korea Selatan di dunia internasional. Film-film seperti Parasite, Burning, dan Minari tidak hanya menghadirkan cerita menarik, tetapi juga memperkenalkan wajah Korea sebagai masyarakat yang reflektif, kritis, dan modern. Melalui film, Korea Selatan membangun citra global tanpa harus mengandalkan kekuatan militer atau ekonomi semata.
Model ini kontras dengan kecenderungan proteksionisme budaya di beberapa negara besar yang mulai membatasi arus konten asing. Korea menunjukkan keterbukaan yang dikelola dengan baik justru dapat memperkuat industri nasional, bukan melemahkannya.
Meski demikian, model Korea tidak mudah direplikasi. Ia membutuhkan stabilitas politik, kesinambungan kebijakan lintas pemerintahan, lembaga yang kuat, dan komitmen investasi jangka panjang. Tidak semua negara memiliki prasyarat ini. Namun, prinsip dasarnya tetap relevan: bahwa industri kreatif tidak tumbuh dalam ruang hampa, melainkan membutuhkan dukungan kebijakan yang konsisten.
Pada akhirnya, kesuksesan global film Korea bukanlah sebuah kebetulan pasar, melainkan hasil dari strategi negara yang menjadikan budaya sebagai aset nasional. Korea Selatan memperlihatkan dengan visi jangka panjang, kebijakan yang tepat, dan ruang kebebasan kreatif, industri film dapat menjadi motor ekonomi sekaligus alat diplomasi yang efektif di era global. (Universitas Erfurt/Z-2)

7 hours ago
1




















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5034348/original/062461200_1733277258-MilanSassuoloCI_28.jpg)


,x_140,y_26/01k8wn1j2b1w9001ntq3dwk3w4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5323688/original/094171700_1755821530-MPL_ID_S16_01.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5040223/original/096198100_1733623619-WhatsApp_Image_2024-12-08_at_05.28.43.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399615/original/091028500_1761982089-Robi_Syianturi__Atlet_ASICS_Indonesia__Pertajam_Rekor_Nasional_Half_Marathon_di_Casablanca_Marathon_2025.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5396095/original/014271800_1761725708-Realme_15T_5.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5311292/original/092353100_1754873757-AP25222526521372.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5392800/original/056554100_1761528696-mikel_arteta_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400408/original/027161800_1762095012-Ubaidillah.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399564/original/068483100_1761979617-20251101_121436.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399299/original/070010800_1761919851-WhatsApp_Image_2025-10-31_at_20.51.04__1_.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5352891/original/038695100_1758145730-AP25260702799367.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5397645/original/046344400_1761812678-WhatsApp_Image_2025-10-30_at_15.09.16__1_.jpeg)