Populasi Dunia Mulai Menua

Dua warga lanjut usia bermain memasukkan bola ke lubang di Panti Werda Pengayoman, Semarang, Jawa Tengah, Senin (3/6/2024).(Antara/Makna Zaezar)

PENDUDUK dunia mulai memasuki masa ageing alias semakin menua. Menurut laporan terbaru dari Badan PBB WHO yang dirilis 1 Oktober 2024, laju penuaan populasi jauh lebih cepat daripada sebelumnya. Maklum, sebagian besar orang sekarang ingin hidup lebih lama. Semua negara diprediksi menghadapi tantangan besar untuk memastikan sistem kesehatan dan sosial siap memanfaatkan pergeseran demografi tersebut dengan sebaik-baiknya.

WHO dalam laporannya mengungkapkan pada 2020 jumlah orang yang berusia 60 tahun ke atas melebihi anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun. Pada 2030, 1 dari 6 orang di dunia akan berusia 60 tahun atau lebih. Saat ini jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas akan meningkat dari 1 miliar per 2020 menjadi 1,4 miliar. 

Pada 2050, jumlah penduduk dunia yang berusia 60 tahun ke atas akan menjadi 2,1 miliar orang. Pada 2050 diproyeksikan ada 80% dari populasi dunia merupakan orang lanjut usia (lansia) yang tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Antara 2015 hingga 2050, proporsi populasi dunia yang berusia di atas 60 tahun akan berlipat ganda hampir dua kali dari 12% menjadi 22%. 

Baca juga : Populasi Jepang Anjlok, Lansia Bekerja Cetak Rekor

Sedangkan yang berusia 80 tahun ke atas diperkirakan meningkat tiga kali lipat antara 2020 dan 2050 mencapai 426 juta jiwa. Meski penuaan penduduk kerap dimulai di negara-negara berpendapatan tinggi, negara-negara berpendapatan rendah dan menengah juga mengalami perubahan besar.

Penuaan populasi turut membawa konsekuensi tersendiri yang patut diantisipasi bagi setiap negara. Tengok saja di Jepang. Kelompok demografi berusia 65 tahun ke atas di Negeri Sakura itu mencakup hampir 30% dari total populasi. Mereka mengalami masalah psikologis perasaan kesepian yang tinggi.

Pemerintah Jepang belum lama ini merilis hasil riset mengenai populasi negeri tersebut yang makin menua. Di sana, jumlah orang berusia 80 tahun ke atas juga mencakup lebih dari 10% populasinya. Laporan resmi tersebut didasarkan pada survei yang dilakukan pada 2023 yang menanyakan kepada 2.677 orang berusia 65 tahun ke atas tentang jumlah teman yang mereka miliki.

Baca juga : AS dan Sekutunya Kecam Pengiriman Senjata Korut ke Rusia

Hanya kurang dari setengah atau 46,8% responden menjawab mereka memiliki banyak atau jumlah rata-rata teman. Dalam survei serupa pada 2018, mereka yang memberikan jawaban tersebut lebih banyak yaitu 72,2% responden.

Menurut buku putih yang dirilis Kantor Kabinet Jepang, penduduk berusia 65 tahun ke atas akan mencapai 38,7% dari populasi Jepang pada 2070. Persentase penduduk dalam kelompok usia tersebut yang hidup sendiri juga terus meningkat. Pada 2020, tercatat 15% pria dan 22,1% wanita berusia 65 tahun ke atas hidup sendiri. Jumlah itu juga diproyeksikan meningkat masing-masing menjadi 26,1% dan 29,3%, pada 2050.

Kekhawatiran para lansia meninggal sendirian juga nyata. Menurut survei tersebut, setengah dari responden (48,7%) khawatir mereka akan meninggal tanpa ditemani keluarga. Di 23 distrik Tokyo saja, jumlah penghuni tunggal berusia 65 tahun ke atas yang ditemukan meninggal di rumah mereka naik ke angka tertinggi sepanjang masa yaitu 4.868 pada 2022.

Baca juga : Wow! India Negara dengan Jumlah Penduduk Terbanyak Sedunia, Kalahkan Tiongkok

Statistik yang dirilis oleh Badan Kepolisian Nasional Jepang mencatat pada triwulan pertama 2024 menunjukkan total 21.716 orang meninggal sendirian di rumah. Di antara jumlah itu, hampir 80% yang berusia 65 tahun atau lebih.

Korea Selatan

Tidak berbeda dengan Korea Selatan. Warganya yang berusia 65 tahun ke atas hampir 20% dari populasi. Negeri Ginseng itu mengalami penuaan populasi yang cepat dan angka kelahiran sangat rendah. Menurut laporan kantor berita Yonhap, tercatat warga senior di Korsel mencapai 9,94 juta pada 2024 yang mencakup 19,2% dari 51,75 juta populasi negara itu.

Proporsi tersebut diperkirakan melampaui 20% pada 2025 yang akan menjadikan Korea Selatan sebagai masyarakat yang sangat tua dan diproyeksikan meningkat lebih dari 40% pada 2050. Masalah kesehatan mental dan ekonomi juga menjadi persoalan bagi populasi yang menua di Korsel. 

Baca juga : Korea Utara Lakukan Uji Coba Rudal Kedua Kurang dari Seminggu

Dari para lansia yang tinggal sendiri, 32,6% mengatakan mereka tidak punya teman bicara. Lebih dari separuh lansia yang tinggal sendiri mengatakan mereka belum mempersiapkan diri dengan baik untuk masa tua.

Pasalnya, tingkat pekerjaan di antara mereka yang berusia 65 tahun ke atas hanya 37,3 pada 2023 meski naik 1,1 poin dari tahun sebelumnya. Dari penduduk yang berusia 65-79 tahun, 57,2% mengatakan mereka ingin bekerja di masa depan dan setengah dari mereka menyebutkan masalah keuangan sebagai alasannya. Ketika ditanya tentang kualitas hidup mereka, 31,9% warga senior mengatakan mereka puas dengan kehidupan mereka saat ini meski turun 2,4 poin persentase dari tahun sebelumnya.

Korea Selatan menghadapi tantangan demografi yang suram karena banyak orang muda memilih untuk menunda atau tak menikah bahkan tak ingin memiliki bayi. Hal itu sejalan dengan perubahan norma sosial dan gaya hidup yang juga dipengaruhi faktor pasar kerja yang sulit dan kenaikan harga rumah. Tingkat kesuburan di Korsel mencapai titik terendah baru sebesar 0,72 pada 2023.

Lansia sering dianggap lemah atau menjadi beban bagi masyarakat. WHO menyerukan sikap-sikap yang tidak menghargai para lansia perlu dihilangkan karena dapat menyebabkan diskriminasi, memengaruhi kebijakan dikembangkan, dan kesempatan yang dimiliki lansia untuk mengalami penuaan yang sehat.

Lingkungan fisik dan sosial yang mendukung, menurut WHO, diperlukan untuk para lansia untuk bisa tetap aktif dan produktif. Dalam mengembangkan respons kesehatan masyarakat terhadap penuaan, WHO menyerukan penting untuk tidak hanya mempertimbangkan pendekatan individu dan lingkungan tetapi juga pendekatan yang dapat memperkuat pemulihan, adaptasi, dan pertumbuhan psikososial. (Z-2)