Kabar tentang permintaan pengusaha Amerika Serikat agar Indonesia meningkatkan impor susu demi menyeimbangkan neraca perdagangan menjadi salah satu berita paling banyak dibaca sepanjang Minggu (11/5).
Selain itu, rencana pelibatan bank swasta dalam Program 3 Juta Rumah juga menarik perhatian publik. Berikut berita populer di kumparanBisnis:
AS Ingin RI Impor Lebih Banyak Susu demi Imbangi Neraca Dagang
Pemerintah Indonesia masih bernegosiasi dengan Amerika Serikat terkait tarif impor tinggi yang diberlakukan Presiden Donald Trump, termasuk tarif sebesar 32 persen terhadap produk asal Indonesia.
Salah satu alasan di balik kebijakan tarif tersebut adalah ketidakseimbangan neraca perdagangan antara kedua negara.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Strategis, Erwin Aksa, mengungkapkan bahwa AS meminta Indonesia meningkatkan impor produk susu sebagai bagian dari upaya menciptakan keseimbangan perdagangan.
Menurut Erwin, pengusaha Amerika berharap Indonesia bisa mengimpor susu dari AS senilai USD 18 miliar atau sekitar Rp 297 triliun (kurs Rp 16.545 per dolar AS). Saat ini, 90 persen kebutuhan susu Indonesia dipenuhi dari Australia dan Selandia Baru.
"Pengusaha AS melihat konsumsi susu di Indonesia baru sekitar satu gelas per orang per hari. Mereka melihat peluang pasar yang besar," kata Erwin.
Dia juga menjelaskan, neraca dagang Indonesia menunjukkan ekspor kelapa sawit mencapai USD 9 miliar, sedangkan impor produk agrikultur hanya sekitar USD 3 miliar, sehingga terjadi surplus yang cukup besar di pihak Indonesia.
Bank Swasta Diajak Program 3 Juta Rumah
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, menyatakan bahwa pembiayaan program 3 juta rumah tidak hanya akan mengandalkan dukungan dari Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), tetapi juga akan melibatkan bank swasta.
“Kami akan jajaki satu per satu, baik dengan bank BUMN maupun bank swasta. Kami juga sudah mulai berkomunikasi, terutama dengan BCA. Nantinya, kami akan sampaikan ke publik terkait bentuk dukungan, besaran pembiayaan, dan skemanya,” kata Ara dikutip Minggu (11/5).
Ara juga menyebut Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) siap mendukung sektor perumahan. Ia mengatakan sudah berdiskusi langsung dengan CEO Danantara, Rosan Roeslani, mengenai hal ini.
"Semoga dengan dukungan Danantara, investasi di sektor perumahan semakin meningkat dan lebih banyak masyarakat bisa memiliki rumah layak huni," ujarnya.
Untuk mendukung target 3 juta rumah, Ara juga menyampaikan bahwa pemerintah tengah merancang konversi sejumlah penjara dalam kota menjadi hunian. Sebagai bagian dari rencana tersebut, satuan tugas khusus telah dibentuk.