Populer: Shell Beli BBM Pertamina; Beras & Minyak Goreng Ilegal di Batam

Berita mengenai PT Shell Indonesia yang dipastikan membeli BBM murni dari PT Pertamina Patra Niaga menjadi berita populer sepanjang Selasa (25/11).

Selain itu, temuan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman akan adanya 40,4 ton beras dan 2,04 ton minyak goreng ilegal yang masuk melalui Batam juga ramai dibaca di kumparanBisnis.

Shell Akhirnya Beli BBM Pertamina

Terkait pembelian BBM murni dari Pertamina oleh Shell, hal ini juga sudah dipastikan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung. Ia menuturkan total BBM yang dibeli adalah 100 ribu barel atau 1 kargo pengiriman.

"Shell sudah terdapat kesepakatan dengan Pertamina, ini direncanakan tanggal 24 atau 25 ini sudah sampai di tempat titik serah yang disepakati antara Pertamina dengan Shell," kata Yuliot.

Adapun Dirjen Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaeman juga menjelaskan negosiasi antara Pertamina Patra Niaga dengan Shell memang sudah memasuki tahap akhir. Kesepakatan ini menyusul pembelian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh PT Aneka Petroindo Raya atau BP-AKR dan PT Vivo Energy Indonesia.

Beras & Minyak Goreng Ilegal Masuk Lewat Batam

Terkait adanya beras dan minyak goreng ilegal yang masuk lewat Batam, Amran langsung menghubungi Pangdam Kepri, Kapolda Kepri, Wali Kota Batam, Gubernur Kepri, hingga Dandim setempat pada Senin (25/11). Hal ini agar penanganan segera dilakukan.

"Tadi malam ada laporan dari Batam melalui Lapor Pak Amran menyampaikan bahwasannya ada beras yang sandar jam 11 malam," kata Amran.

Hasilnya, aparat berhasil menghentikan dan mengamankan kapal yang diduga membawa komoditas ilegal tersebut saat pemeriksaan dilakukan di Pelabuhan Tanjung Sengkuang.

Adapun dari pemeriksaan awal, kapal yang diamankan membawa beras sebanyak 40,4 ton, minyak goreng 2,04 ton, gula pasir 4,5 ton, tepung terigu 600 kilogram, susu 900 liter, parfum 240 pcs, mi impor 360 pcs, serta frozen food sebanyak 30 dus.

Terkait kapal, terdapat tiga kapal yang terlibat yakni KM Sampurna 03, KM Permata Pembangunan, dan KM Risky Dilaut.