AKTRIS Prilly Latuconsina menuangkan keresahannya terhadap isu kesehatan mental yang semakin berkembang saat ini melalui perilisan film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis. Dia mengungkap pentingnya menjaga kesehatan mental demi masa depan yang lebih baik.
"Kesehatan mental ini setiap kali harus kita jaga, dan bukan sesuatu yang nggak nyaman untuk dibicarakan," kata Prilly dalam konferensi pers film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis di XXI Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, dikutip Sabtu (12/10).
"Kalaupun kita mempunyai keberanian untuk membahas, paling ujung-ujungnya kita melakukan seminar, campaign yang belum tentu juga sampai ke semua kalangan," sambungnya.
Baca juga : Prilly Latuconsina Buka Suara Tentang Peran Mental Health di Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis
Oleh sebab itu, Prilly mencoba menuangkan keresahannya terhadap isu kesehatan mental melalui film barunya, Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis.
Menurut dia, kesehatan mental perlu dikenalkan ke masyarakat lebih luas agar isu tersebut tidak lagi dianggap tabu dan terlarang untuk dibicarakan.
"Aku selalu mikir film itu adalah medium yang kuat untuk kita menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat, tapi mungkin kita nggak punya keberanian untuk mengungkapkannya atau membahasnya," ujar aktris berusia 27 tahun itu.
Baca juga : Dikta Wicaksono dan Prilly Latuconsina Bahas Perjuangan Karakter di Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis
Karena itu, Prilly ingin mengangkat isu kesehatan mental karena dirinya sendiri sebagai produser dan sebagai pribadi ingin agar isu
kesehatan mental menjadi isu yang mainstream di masyarakat.
Bukan sekadar membuat film mengenai kesehatan mental, Prilly serta tim produksi juga menggandeng sejumlah lembaga dan komunitas dalam proses penggarapan Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis.
Hal itu dilakukan untuk memastikan kebenaran penyelesaian masalah yang ditampilkan dalam film telah sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia.
Baca juga : Prilly dan Dikta Eksplorasi Karakter Berbeda di Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis
"Bentuk pertanggungjawaban kita terhadap film ini juga terdiri dari ruang asistensi sama Komnas Perempuan, Komnas HAM, dan Komunitas Advokat yang memang mengatasi kasus kekerasan berbasis gender," ungkap Prilly.
"Jadi, kita diskusi sama mereka untuk tau, sebenarnya kita belajar dari kasus-kasus yang mereka tangani," sambungnya.
Di Hari Kesehatan Mental Sedunia, yang jatuh setiap tanggal 10 Oktober, Prilly berharap film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis dapat menjadi wawasan baru bagi masyarakat terhadap isu kesehatan mental.
Baca juga : Prilly dan Dikta Kembali Adu Akting di Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis
Ia mengatakan saat masyarakat memperingati Hari Kesehatan Mental sedunia, semoga film itu juga menjadi perantara untuk audiens melakukan
diskusi setelah menonton.
"Karena, menurut aku, untuk membangun masa depan yang cerah, kita butuh anak-anak muda yang juga sehat mentalnya," kata Prilly.
"Nah, gimana kita mau bikin masa depan yang cerah kalau anak mudanya nggak menjaga kesehatan mentalnya? Jadi, semoga melalui film ini mereka bisa lebih aware dengan kesehatan mentalnya," pungkasnya. (Ant/Z-1)