Profil Jenderal Sarwo Edhie Wibowo: Pahlawan Nasional dari Angkatan Darat

Profil Jenderal Sarwo Edhie Wibowo(Dok. socio-politica)

PRESIDEN Prabowo Subianto secara resmi menambahkan 10 nama ke dalam daftar pahlawan nasional Indonesia, dalam peringatan hari Pahlawan Nasional, Senin 10 November 2025. Salah satunya Jenderal Sarwo Edhie Wibowo.

Jenderal Sarwo Edhie Wibowo lahir pada 25 Juli 1925 di Purworejo, Jawa Tengah. Lahir dalam keluarga pegawai pemerintahan kolonial Belanda, ia mengalami perubahan besar setelah masa pendudukan Jepang. Saat Jepang membentuk organisasi militer Pembela Tanah Air (PETA) pada 1942, Sarwo muda bergabung, yang menjadi awal dari perjalanan karier militernya.

Di sinilah ia mengembangkan kedisiplinan dan strategi perang yang kelak membentuknya menjadi seorang prajurit tangguh.

Setelah Indonesia merdeka, Sarwo Edhie bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan menjadi bagian dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Semangat juangnya membuatnya cepat dikenal sebagai sosok yang tidak hanya berani di medan tempur, tetapi juga sebagai pemimpin yang tegas dan berprinsip. Ia berperan besar dalam penguatan TNI Angkatan Darat (TNI AD) yang menjadi kekuatan utama negara.

Pahlawan di Medan Perang dan Pemimpin Tegas

Karier militernya mencapai puncak saat memimpin Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) antara 1964-1967. Pasukan ini, yang menjadi cikal bakal Kopassus, dikenal dengan disiplin dan kemampuan tempur yang sangat tinggi. Pada tahun 1965, ketika Indonesia dilanda peristiwa 30 September, Sarwo Edhie menjadi salah satu tokoh penting dalam penanganan situasi tersebut.

Dengan keteguhan dan keberanian, Sarwo Edhie tidak gentar menghadapi tekanan besar. Dalam masa ketegangan politik, ia menunjukkan keputusan cepat dan tegas yang menilai banyak pihak sebagai titik balik dalam sejarah Indonesia. Namun, meskipun dianggap sebagai pahlawan yang menyelamatkan negara, tindakan Sarwo Edhie dalam peristiwa 1965 masih memicu perdebatan hingga kini.

Pahlawan Nasional dengan Jejak Kontroversi

Meski memiliki banyak pengikut yang menilai Sarwo Edhie sebagai pahlawan nasional, peranannya dalam peristiwa 1965 tetap menjadi topik kontroversial. Banyak yang menilai bahwa keputusannya saat itu membawa dampak besar bagi sejarah politik Indonesia, namun ada juga yang mempertanyakan tindakan-tindakannya yang menimbulkan banyak korban. Walau begitu, tak dapat dipungkiri bahwa kontribusinya terhadap kemerdekaan Indonesia menjadikannya sosok yang sangat dihormati dalam sejarah militer negara.

Setelah masa aktifnya, Sarwo Edhie beralih ke dunia diplomasi dan birokrasi, menjadi Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan dan memimpin lembaga pembinaan ideologi negara. Keterlibatannya dalam dunia sipil menunjukkan bahwa pengabdiannya tidak hanya terbatas pada militer, tetapi juga pada pembangunan karakter bangsa.

Warisan yang Dikenang

Sarwo Edhie Wibowo meninggal dunia pada 9 November 1989 dan dimakamkan di Purworejo. Ia meninggalkan warisan sebagai seorang pahlawan yang telah mencetak sejarah panjang dalam dunia militer dan politik Indonesia.

Meskipun masih ada kontroversi tentang peranannya di masa lalu, banyak yang tetap menganggapnya sebagai pahlawan nasional yang layak mendapat gelar tersebut, terutama di mata Presiden Prabowo Subianto yang mengusulkan gelar pahlawan nasional bagi Sarwo Edhie.

Sarwo Edhie dikenang sebagai sosok yang penuh dedikasi, seorang pemimpin yang berani, dan sebagai manusia yang menjunjung tinggi prinsip, terutama dalam menghadapi pilihan sulit demi bangsa. Pahlawan Nasional ini terus hidup dalam ingatan sebagai teladan kedisiplinan dan keteguhan sikap bagi generasi penerus. (sciencespro.fr, historia.id, prabowosubianto.com, budayapijay.or.id/Z-10)