
SEJAK awal rencana pengembalian koleksi Dubois, Pusat Riset Arkeometri BRIN sudah ikut terlibat bersama Kementerian Kebudayaan sebagai ujung tombak proses repatriasi. Pengembalian koleksi Dubois juga direkomendasikan oleh Komite Koleksi Kolonial di Belanda yang menyatakan pemerintah Belanda tidak pernah ‘berhak’ memiliki koleksi Dubois.
Dari 28 ribu koleksi Dubois, saat ini juga masih digodok linimasa tahapan pemulangan ke Indonesia. BRIN menyarankan Kementerian Kebudayaan untuk segera memulangkan koleksi Dubois seluruhnya. Minimal, berlangsung paling akhir hingga 2026.
Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN Sofwan Noerwidi menyebutkan lembaganya juga telah menyusun peta jalan untuk melakukan riset hingga 2029. Metodenya adalah dengan riset konsorsium, yang memungkinkan para lembaga riset dan peneliti di luar Indonesia juga tetap bisa mengakses fosil koleksi Dubois.
“Ini juga untuk memperlihatkan, kalau koleksi ini pulang tidak tertutup akses untuk peneliti asing. Kita tetap membuka dengan riset konsorsium. Riset konsorsium ini selain untuk menciptakan talenta-talenta muda Indonesia untuk doktoral, juga menyiapkan talenta ke depan terkait studi fosil,” papar Sofwan.
Indonesia tidak boleh hanya berbangga diri atas keberhasilan pemulangan koleksi. Ada tugas besar selanjutnya untuk merawat kebanggaan dengan jalan menjadikannya sumber pengetahuan. Apalagi, Indonesia punya berlimpah sumber daya manusia (SDM). Sepatutnya, ada talenta hebat yang berfokus dan mumpuni untuk mengelola koleksi Dubois.
“Tidak berhenti hanya bangga, tapi koleksi Dubois yang 28 ribu ini harus menjadi sumber pengetahuan untuk menciptakan talenta muda yang jago di bidang kurasi, konservasi, meneliti fauna purba, manusia purba, fosil, mungkin jadi museolog, mungkin jadi periset peneliti dan sebagainya. Kita harus memanfaatkan bonus demografi ini benar-benar untuk menciptakan talenta dari koleksi yang 28 ribu itu,” harap Sofwan.
Hasil riset yang dilakukan nantinya juga akan disampaikan ke publik. Alih-alih berhenti pada jurnal ilmiah. Ini juga akan meneruskan upaya pengenalan benda-benda repatriasi ke publik pada akhir tahun lalu.
Terkait infrastruktur yang mendukung kepulangan 28 ribu koleksi Dubois, Sofwan juga menuturkan segalanya telah ditinjau. Salah satunya adalah infrastruktur riset di Kebun Raya dan di Cibinong.
“Kita bahkan punya alat-alat yang tidak dimiliki Belanda. Jadi kita tunjukkan semua peluangnya. Kalau koleksi itu pulang, paling tidak, ada jaminan koleksi itu tidak menganggur, ada riset yang dilakukan juga,” tegas Sofwan. (Jek/M-3)