SEORANG guru Bimbingan Konseling (BK) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Kota Pekalongan diduga selama beberapa tahun lakukan pelecehan seksual secara verbal terhadap puluhan siswa, namun kepala sekolah hanya memberikan surat peringatan (SP) 1.
Pemantauan Media Indonesia Rabu (2/10) Kota Pekalongan digegerkan dengan pengakuan terjadinya pelecehan seksual di SMA Negeri 3 di daerah itu, sejumlah siswi menjadi korban pelecehan seksual secara verbal mulai bersuara atas tindakan dilakukan oleh seorang guru BK yang sudah bertahun-tahun dilakukan, bahkan melalui jejaring sosial menulis 'Stop Sexual Harrasmen'.
Seorang siswi kelas XII, NS mengaku telah mengalami pelecehan seksual secara verbal saat duduk di bangku kelas XI, yakni tiga kali dipanggil ke ruang guru BK dengan alasan wawancara terkait kesehatan sekolah dan pencegahan kenakalan remaja, di ruangan tertutup dan terkunci itu kemudian ditanya berbagai hal diluar tujuan seperti apakah sudah pernah ciuman, tanya warna celana dalam dan bra ukuran berapa.
Baca juga : Guru Harus Sensitif Identifikasi Perundungan di Sekolah
"Bahkan teman saya disuruh buka baju untuk mengetahui bekas apa saja di dalamnya, beberapa siswi juga mengaku pernah diancam oleh guru tersebut untuk tidak melaporkan kejadian tersebut, dengan ancaman informasi pribadi mereka akan disebarluaskan ke guru-guru yang lain," kata NS.
Hal serupa juga diungkapkan siswi kelas XI NR yang mengaku sudah lima kali dipanggil oleh guru BK tersebut dengan modus tang sama, bahkan setiap memanggil siswi selama satubjam kondisi kantor sepi dan ruangan selalu dikunci. "Secara keseluruhan siswi yang mengalami hal ini ada 30-40 orang, sehingga mengadukan masalah ini ke he kepala sekolah," imbuhnya.
Di dalam ruangan, lanjut NR, guru BK itu selalu memberikan pertanyaan yang menyimpang dan harus dijawab seperti ditanyain pernah ciuman, ukuran bra, nonton video porno, pernah melakukan masturbasi sendirian dan pertanyaan sangat pribadi, namun jika tidak dituruti guru itu mengancam akan menyebarkan informasi tersebut ke guru-guru yang lain.
Baca juga : 4 Ribu Guru Honorer Jakarta Direkomendasikan Masuk Dapodik
Karena sering mendapatkan perlakuan itu, ungkap siswa lainnya yang enggan ditulis nama maupun inisialnya, kemudian diadukan ke kepala sekolah, bahkan dihadapan kepala sekolah guru BK itu mengakui hal tersebut, namun sayangnta ganta diberikan SP 1 hingga saat ini tidak ada tindakan lain. "Kami sangat kecewa karena kami merasa tidak dilindungi okeh sekolah, bahkan pesan melalui jejaring diminta dihapus," tambahnya.
Seorang wali murid Suhel yang mendapatkan laporan terjadi pelecehan seksual verbal juga mengaku kecewa, karena setelah sepekan menemui kepala sekolah untuk melaporkan hal itu tidak ada tindakan apa-apa dari pihak sekolah terhadap guru BK tersebut, sehingga berencana akan menyiapkan pendampingan hukum agar masalah ini ditindak tegas.
Kepala Sekolah SMAN 3 Kota Pekalongan Yulianto Nurul Furqon membenarkan kejadian tersebut, bahkan pihak sekolah telah memanggil guru BK untuk diminta keterangan dan yang bersangkutan juga mengakui memberikan pertanyaan ke siswi menjurus ke arah sensitif. "Atas hal itu saya telah memberikan surat peringatan 1," ujarnya.
Tujuan pemanggilan para siswi, menurut Yulianto Nurul Furqon, untuk menciptakan kenyamanan di lingkungan sekolah dan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, namun jika ada keluhan dari siswi maka akan menindaklanjutinya lebih serius.
"Saya baru menjabat satu tahun, hadi tidak tahu kejadian sebelumnya, saya juga meminta agar postingan di medsos foto 'Stop Sexual Harrasmen' dihapus, agar permasalahan dapat diselesaikan secara internal antara orang tua dan sekolah," kata Yulianto. (H-2)