
VIETNAM dan Tiongkok mengevakuasi ratusan ribu warga, menutup usaha, serta membatalkan penerbangan akibat ancaman Topan Kajiki yang semakin kuat di Laut China Selatan.
Dikutip dari The Independent, Pusat Meteorologi Nasional Tiongkok menyebut, pada Minggu (24/8) pagi waktu, Topan Kajiki berada sekitar 200 km tenggara Sanya, Hainan, bergerak ke barat laut dengan kecepatan 20 km/jam dan kecepatan angin maksimum 38 meter per detik. Diperkirakan, topan itu akan semakin menguat dengan kecepatan angin hingga 170 km/jam sebelum mendarat pada Senin.
Di Vietnam, otoritas bersiap mengevakuasi hampir 586 ribu warga dari provinsi pesisir, termasuk Thanh Hoa, Quang Tri, Hue, dan Da Nang. Tujuh provinsi dari Ninh Binh hingga Quang Ngai melarang kapal nelayan melaut. Lebih dari 49 ribu kapal telah berlindung di pelabuhan, sementara 249 ribu awak kapal telah diperingatkan akan bahaya badai, menurut Vietnam Plus.
Maskapai Vietnam Airlines membatalkan 22 penerbangan dari dan ke kota-kota di Vietnam tengah pada Minggu dan Senin. Vietjet Aviation juga menunda sejumlah penerbangan. Kajiki diperkirakan mengancam hampir 300 ribu hektare sawah, 77 ribu hektare perkebunan buah, serta 57 ribu hektare kebun karet di wilayah Vietnam tengah.
Perdana Menteri Pham Minh Chinh menginstruksikan pemerintah daerah, kementerian, dan militer untuk memastikan evakuasi cepat, memperkuat tanggul, serta menjaga komunikasi darurat. Kementerian Luar Negeri Vietnam juga meminta bantuan Tiongkok dan Filipina agar kapal nelayan bisa berlindung dengan aman.
Di Tiongkok, kota wisata Sanya di Pulau Hainan menutup pusat perbelanjaan, restoran, dan transportasi umum, serta menghentikan aktivitas konstruksi. Pemerintah lokal mengeluarkan peringatan topan merah, level tertinggi dalam sistem empat tingkat Tiongkok.
"Skenario terburuk harus diantisipasi," ujar pejabat kota, dikutip The Independent.
Hainan diperkirakan menerima curah hujan hingga 400 mm. Guyuran deras juga diprediksi terjadi di Guangdong dan Guangxi. Otoritas maritim mengerahkan kapal patroli untuk memastikan seluruh kapal kembali ke pelabuhan. Di Haikou, ibu kota provinsi, tiga pelabuhan ditutup sejak Sabtu malam.
Thailand pun bersiap menghadapi dampak Kajiki. Departemen Meteorologi Thailand memprediksi hujan deras meluas pada 24–27 Agustus, khususnya di timur laut. Gelombang lebih dari tiga meter di Laut Andaman dan Teluk Thailand membuat kapal kecil dilarang melaut, tulis The Nation.
Pusat Prakiraan Hidro-Meteorologi Vietnam memperingatkan badai akan membawa ombak setinggi 3,5 meter, angin setara level 13 (topan parah), serta hujan hingga 700 mm di beberapa wilayah, berpotensi menimbulkan banjir bandang dan longsor.
Kajiki menjadi badai tropis kelima yang menghantam Laut Timur, sebutan Vietnam untuk Laut Cina Selatan, pada 2025, sekaligus topan ke-13 di kawasan. Pemerintah Vietnam membandingkan kekuatannya dengan Topan Yagi tahun lalu yang menewaskan sekitar 300 orang dan menyebabkan kerugian US$3,3 miliar.
Bagi Tiongkok, ancaman Kajiki datang di tengah bencana hidrometeorologi yang semakin sering terjadi. Kementerian Manajemen Darurat melaporkan bencana alam pada Juli lalu, termasuk banjir dan kekeringan, menyebabkan kerugian ekonomi langsung sebesar 52,15 miliar yen atau sekitar Rp113 triliun serta menewaskan atau membuat hilang 295 orang. (I-3)