
PERHIMPUNAN Dokter Paru Indonesia (PDPI) memperingati hari jadinya yang ke-52. Organisasi profesi dengan hampir 2.000 anggota yang tersebar dari Aceh hingga Papua itu menegaskan komitmennya untuk terus berperan dalam peningkatan derajat kesehatan paru masyarakat Indonesia.
Ketua Majelis Kehormatan PDPI Tjandra Yoga Aditama, mengatakan ada lima tantangan besar yang dihadapi Indonesia di bidang kesehatan paru. Tantangan pertama adalah penyakit infeksi, terutama tuberkulosis (TB), infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), serta potensi pandemi yang ditularkan melalui udara.
“Kita adalah nomor dua tertinggi di dunia untuk kasus tuberkulosis. Penyakit ini bukan hanya masalah nasional, tetapi juga masalah lokal yang nyata,” ujarnya.
Selain TB dan ISPA, Tjandra menambahkan infeksi jamur paru kini juga semakin sering ditemukan.
Tantangan kedua, kata dia, adalah polusi udara. Menurutnya, kadar polusi di sejumlah kota besar di Indonesia sering dilaporkan tidak sehat. Polusi juga diperparah oleh kebakaran hutan, lingkungan kerja, serta penggunaan gas air mata yang berdampak pada kesehatan pernapasan.
Kebiasaan merokok menjadi tantangan ketiga. PDPI menyoroti tingginya angka perokok, termasuk pada anak-anak, serta makin maraknya penggunaan rokok elektronik.
“Singapura sudah membuat aturan yang amat tegas tentang rokok elektronik demi melindungi rakyatnya. Tentu pemegang kebijakan kesehatan negara kita juga punya tujuan yang sama,” kata Tjandra.
Tantangan keempat adalah penyakit paru obstruktif, seperti asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), yang jumlah penderitanya mencapai jutaan di Indonesia. Penyakit ini, menurutnya, mengganggu produktivitas pasien dan menjadi penyebab penting morbiditas, perawatan di rumah sakit, hingga kematian.
Sementara itu, kanker paru menjadi tantangan kelima. Meski terdapat kemajuan dalam diagnosis dan terapi, kanker paru tetap menjadi salah satu jenis kanker terbanyak dan perlu mendapat perhatian serius.
Selain lima tantangan tersebut, Tjandra juga menyinggung masalah kesehatan paru lain, mulai dari Interstitial Lung Disease (ILD), gangguan paru pada jemaah haji, sleep apnea, pulmonologi intervensi, hingga pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan sel punca (stem cell).
“Dalam 52 tahun usianya, PDPI sudah banyak memberi peran penting dalam kesehatan paru dan pernapasan bangsa kita. PDPI berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya maksimalnya guna peningkatan derajat kesehatan bangsa,” kata Tjandra. (I-3)