Populer: PLN Minta Maaf Kendala Listrik di Aceh; Cukai Minuman Manis Ditunda

Kabar permohonan maaf PT PLN (Persero) terkait kendala teknis yang masih menghambat pemulihan penyaluran listrik di Aceh menjadi salah satu berita populer, Senin (9/12).

Selain itu, keputusan Menteri Keuangan yang baru untuk menunda implementasi cukai minuman berpemanis juga tak kalah menyita perhatian masyarakat.

Berikut rangkuman berita populer di kumparanBisnis:

PT PLN (Persero) menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Aceh karena pemulihan penyaluran listrik dari Arun Loksheumawe-Banda Aceh masih terkendala masalah teknis.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengakui bahwa kondisi di lapangan jauh lebih berat dari perkiraan awal perusahaan.

Akibatnya, Banda Aceh saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sebesar 40 megawatt (MW), yang menyebabkan pemadaman listrik secara bergilir masih terjadi di wilayah tersebut.

“Nah untuk itu dalam hal ini kami menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya kepada seluruh masyarakat Aceh,” katanya dalam konferensi video di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat pada Selasa (9/12).

PLN berjanji akan terus berupaya melakukan pemulihan, termasuk dengan mendatangkan genset dalam 5 hari ke depan, untuk mengurangi pemadaman bergilir yang saat ini mendekati 42 MW.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga meminta maaf atas kendala yang terjadi dan mengakui bahwa kondisi kelistrikan pada empat kabupaten, termasuk Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Tamiang, dan Gayo Lues, masih menghadapi tantangan pemulihan jaringan di daerah-daerah yang terisolasi.

Cukai Minuman Manis Ditunda

Rencana pengenaan cukai untuk Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) kembali menjadi sorotan setelah Menteri Keuangan yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa, memutuskan untuk menundanya.

Sebelumnya, Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani telah mengajukan skema pungutan yang berkisar antara Rp 1.500 hingga Rp 2.500 per liter.

Objek cukai yang diusulkan mencakup teh kemasan (Rp 1.500 per liter), serta minuman berkarbonasi, energy drink, dan kopi konsentrat (Rp 2.500 per liter), termasuk konsentrat dalam kemasan eceran yang memerlukan pengenceran, seperti kopi saset yang mengandung banyak gula.

Purbaya menegaskan bahwa implementasi Cukai MBDK ditunda, terutama untuk tahun 2026, karena pemerintah menilai kondisi pertumbuhan ekonomi belum cukup solid.

"Saya pikir kalau ekonominya sudah tumbuh 6 persen lebih kami akan datang ke sini untuk mendiskusikan cukai seperti apa yang pantas diterapkan,” ujarnya dalam rapat di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (8/12).