
Festival Koplo Keliling (Kopling) 2025 akan siap menghibur dua kota yaitu Jakarta dan Bogor. Di Jakarta akan digelar di Gambir Expo pada 8–9 November. Sementara itu, di Bogor akan digelar di Stadion Pakansari pada 22–23 November mendatang.
Sejumlah musisi papan atas Indonesia seperti The Changcuters, Danilla Riyadi, Drive, Mario dan Marco Silitonga, Aldi Taher, StarBe, hingga For Revenge akan turut memeriahkan acara ini.
Grup band The Changcuters bersiap menghadapi tantangan baru dengan mencoba menggabungkan unsur musik koplo ke dalam gaya bermusik mereka di ajang Festival Kopling 2025.
Menurut penuturan manajer sekaligus pemain bas The Changcuters, Dipa Nandastyra, fenomena musik koplo yang tengah digandrungi masyarakat menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka.
“Sebenarnya melihat fenomena per-koplo-an itu kan sangat besar banget di Indonesia. Nah, ketika ini yang ditawarin, tentu ini menjadi menarik karena sejujurnya merupakan salah satu 'challenge' yang belum pernah kami lakuin,” ujar Dipa, seperti dikutip dari Antara, Kamis (9/10).
Dipa menilai bahwa perpaduan antara karakter rock khas The Changcuters dan ritme koplo bisa menghasilkan kombinasi yang segar serta mencerminkan kekayaan budaya musik Indonesia.
“Ya, mungkin aja ini jadi sesuatu, karena ini menurut saya Indonesia banget, ya, kami coba. Walaupun ini belum terpikir bagaimana, tapi kami akan mencoba,” katanya.
Meski belum menentukan konsep aransemen final, Dipa memastikan bandnya akan menyiapkan performa terbaik dengan nuansa baru yang memadukan dua gaya musik berbeda tersebut.
Ia juga menyampaikan kesiapan The Changcuters untuk terus berinovasi dan mencari ide segar menjelang penampilan mereka nanti.
“Kalau enggak dapat (inspirasi) ya The Changcuters kan lagunya bergoyang juga, kan? Tapi, kami pasti mencoba (menerima tantangan bermusik koplo),” ujar Dipa sambil bercanda.
Berani Bereksperimen dan Berkreasi
Program Director Kopling 2025, Jahja Immanuel Rianto atau Opa Jahja, menjelaskan bahwa Festival Kopling 2025 dirancang untuk mendorong para musisi agar berani bereksperimen dengan elemen koplo tanpa meninggalkan identitas musikal mereka.
“Misalkan, kami sampaikan rencana untuk menggunakan treatment gimik tertentu, seperti transisi antarlagu atau goyangan (tarian) agar bisa diterima dengan koplo,” tutur Jahja.
Ia menambahkan, setiap musisi diberi ruang bebas untuk berkreasi dan menampilkan versi terbaik dari gaya musik mereka sendiri. (H-1)
Images