Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) buka suara soal realisasi investasi di Indonesia yang melampaui target, namun tak tercermin dengan penyerapan tenaga kerja yang masih rendah.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan, fenomena ini tak lepas dari karakter investasi yang masuk ke Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, yang banyak berasal dari negara-negara maju.
“Dalam beberapa kesempatan media ataupun wartawan sering menanyakan kepada kita, Pak, ini kenapa kok investasi di Indonesia setiap tahun itu selalu melebihi target, tetapi penyerapan tenaga kerjanya semakin sedikit? Jawabannya karena investasi yang berlangsung sekarang ini datangnya dari negara-negara yang maju,” ujar Nurul dalam gelaran peluncuran laporan Bisnis AS untuk Indonesia (BISA) yang digelar US-ASEAN Business Council (USABC) di Jakarta, Selasa (14/10).
Menurut dia kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk menata ulang strategi investasi nasional. Sebab, negara yang menjadi investor di Indonesia umumnya sudah memiliki memiliki modal, teknologi, dan SDM unggul.
Negara-negara tersebut cenderung menggunakan teknologi yang mengurangi kebutuhan tenaga kerja, karena mereka juga tengah menghadapi aging population atau populasi menua.
“Lima aspek inilah yang memunculkan inovasi terjadi di negara-negara yang memiliki kapital besar untuk berekspansi ke luar negeri. Karena setidaknya di dalam negerinya sendiri mereka harus kuat dulu,” imbuhnya.
Nurul menjelaskan inovasi merupakan kombinasi antara human capital yang unggul dan teknologi yang maju dan melahirkan efisiensi dan produktivitas tinggi, yang pada akhirnya menciptakan daya saing global.
“Setiap ekonomi di dunia kuncinya adalah penguasaan pasar. Untuk itu, mereka harus punya efisiensi tinggi. Karena aging population tadi, tenaga kerja digantikan dengan mesin, robotik, dan sensor,” jelasnya.
Dengan demikian, menurut Nurul, tren tersebut menjadi penyebab investasi yang datang ke Indonesia semakin padat modal dan teknologi, bukan padat karya. Akibatnya, peningkatan investasi tidak secara langsung tercermin pada peningkatan jumlah lapangan kerja.
Berdasarkan data BKPM, sepanjang tahun 2024, realisasi investasi Indonesia mencapai Rp 1.714,2 triliun, mencapai 103,9 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 1.650 triliun. Dari investasi itu, tercatat serapan tenaga kerja sebesar 2.456.130 orang, mengalami kenaikan sekitar 34,7 persen dibanding tahun sebelumnya.