
GEDUNG Putih melayangkan kecaman terhadap Komite Nobel Norwegia pada Jumat (10/10) setelah penghargaan Nobel Perdamaian diberikan kepada tokoh oposisi Venezuela, Maria Corina Machado, tanpa menyertakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai penerima.
Direktur Komunikasi Gedung Putih, Steven Cheung, menyebut keputusan tersebut bermuatan politik.
"Komite Nobel membuktikan bahwa mereka mengutamakan politik di atas perdamaian," tulis Cheung dalam pernyataannya di platform X.
Dia menegaskan Trump akan terus menjalankan kebijakan yang diklaim membawa dampak positif secara global.
"Presiden Trump akan terus membuat kesepakatan damai, mengakhiri perang, dan menyelamatkan nyawa. Ia memiliki jiwa kemanusiaan, dan tidak akan pernah ada orang seperti dirinya yang dapat menggerakkan gunung dengan tekadnya yang kuat," lanjutnya.
Klaim Trump Soal Nobel Perdamaian
Sejak kembali menjabat pada Januari untuk masa jabatan keduanya, Trump berkali-kali menyatakan bahwa dirinya layak memperoleh Nobel Perdamaian atas keterlibatannya dalam penyelesaian sejumlah konflik. Namun, para pengamat menilai klaim tersebut berlebihan.
Pada malam sebelum pengumuman penghargaan, Trump kembali menegaskan kontribusinya, terutama terkait peran sebagai mediator gencatan senjata fase pertama di Gaza. Ia menyebut itu sebagai perang kedelapan yang berhasil ia akhiri.
Meski begitu, Trump mengatakan dirinya tidak mengejar penghargaan.
"Apa pun yang mereka lakukan baik-baik saja. Saya tahu ini, saya tidak melakukannya untuk itu, saya melakukannya karena saya telah menyelamatkan banyak nyawa," ujarnya pada Kamis (9/10)
Pandangan Pengamat Nobel
Menjelang pengumuman Nobel Perdamaian, para pakar di Oslo menilai Trump tidak masuk dalam kandidat yang memiliki peluang realistis.
Mereka menunjukkan bahwa kebijakan America First yang ia usung dinilai bertentangan dengan semangat Hadiah Nobel Perdamaian, sebagaimana tertuang dalam wasiat Alfred Nobel tahun 1895 yang menjadi dasar pemberian penghargaan tersebut. (AFP/I-2)