
ASI atau Air Susu Ibu menjadi asupan terbaik bayi sejak lahir hingga usia dua tahun. Hal itu ditegaskan kembali oleh salah satu peneliti yang juga Dokter Spesialis Anak di Tzu Chi Hospital, Ian Suryadi Suteja yang menekankan bahwa tidak ada cairan lain termasuk susu formula secanggih apa pun yang mampu menandingi kandungan alami ASI.
Menurutnya, ASI tidak hanya mengandung makronutrien seperti protein dan lemak yang sesuai dengan kebutuhan manusia, tetapi juga kaya akan enzim, hormon, serta antibodi yang tidak bisa diciptakan secara sintetis. “ASI memiliki kandungan hidup yang mampu melawan bakteri dan memperkuat sistem imun bayi sejak dini,” jelas dr. Ian di Jakarta Pusat (11/10) .
Ia menambahkan, proses pencernaan bayi pun terbantu karena ASI mengandung enzim alami yang sudah memecah protein dan lemak sejak dihasilkan. Kandungan ini membuat penyerapan gizi menjadi lebih efisien sekaligus mendukung pertumbuhan otak dan sistem kekebalan tubuh.
“Saya ingin membuktikan bahwa bahan-bahan tradisional lokal dapat mendukung produksi ASI secara ilmiah, bukan sekadar klaim. Penelitian ini jadi wujud tanggung jawab kami terhadap ibu-ibu menyusui.” ujar Uung Victoria Finky, Pendiri Mom Uung.
Riset Ilmiah: Peningkatan Produksi ASI Secara Signifikan
Dalam kesempatan yang sama, Trias, selaku peneliti utama, memaparkan hasil penelitian yang menelusuri hubungan antara konsumsi bahan herbal alami dengan peningkatan volume ASI. Studi cross-sectional terhadap 665 ibu menyusui menunjukkan adanya peningkatan produksi ASI lebih dari dua kali lipat setelah konsumsi suplemen tertentu berbasis herbal.
Produk yang menjadi objek penelitian ini adalah Mom Uung, suplemen herbal yang diformulasikan dari bahan alami lokal. Penelitian dilakukan secara independen untuk menilai efektivitasnya terhadap peningkatan produksi ASI.
Selain volume, penelitian juga mencatat peningkatan pada durasi dan frekuensi menyusui langsung (direct breastfeeding). “Ibu yang bekerja mengalami peningkatan produksi dari rata-rata 314 ml menjadi sekitar 800 ml, sedangkan ibu rumah tangga meningkat dari 700 menjadi 855 ml,” ujar Prof. Trias.
Efek positif tersebut diikuti dengan peningkatan durasi menyusui dari 17 menjadi 20 menit, serta frekuensi yang bertambah dari tujuh menjadi sepuluh kali per hari. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara asupan nutrisi ibu dan kelancaran produksi ASI.
Penelitian lanjutan kini sedang dilakukan dalam bentuk randomized controlled trial (RCT) untuk menguji validitas hasil sebelumnya. Studi ini membandingkan dua kelompok ibu menyusui, yang satu mengonsumsi Mom Uung, dan kelompok lain menerima produk lain.
Hasil awal dari uji tersebut menunjukkan bahwa kelompok ibu yang menerima intervensi mengalami peningkatan kadar omega-3 (EPA dan DHA) serta protein dalam ASI, yang keduanya berperan penting dalam perkembangan otak dan pertumbuhan bayi.
Trias menegaskan bahwa riset ini masih berlangsung dan membutuhkan verifikasi lebih luas, namun temuan awal dinilai menjanjikan.
“Data menunjukkan potensi bahan herbal lokal dalam mendukung keberhasilan menyusui, tetapi tetap perlu penelitian berkelanjutan untuk memastikan efektivitas dan keamanannya,” ujarnya.
ASI Tetap yang Terbaik
Ian mengingatkan bahwa suplemen atau booster hanyalah faktor pendukung, bukan pengganti. Produksi ASI tetap sangat bergantung pada kondisi fisik dan mental ibu. “Ibu harus cukup istirahat, tidak stres, dan menjaga asupan makanan serta cairan harian minimal dua liter,” tuturnya.
Ia juga menegaskan bahwa meski ada penurunan kadar gizi seiring usia bayi, ASI tetap menjadi sumber nutrisi terbaik bahkan setelah dua tahun pertama kehidupan. “WHO pun menyatakan bahwa pemberian ASI boleh dilanjutkan lebih dari dua tahun selama asupan gizi ibu terjaga,” tambahnya.
Penelitian ini membuka ruang baru bagi pemanfaatan bahan alami termasuk yang diformulasikan secara lokal seperti Mom Uung, untuk mendukung ibu menyusui, sekaligus memperkuat bukti ilmiah bahwa ASI tak tergantikan oleh formula apa pun.
Dengan pendekatan berbasis data dan bukti klinis, para ahli berharap edukasi mengenai pentingnya ASI bisa menjangkau lebih banyak keluarga, terutama di daerah yang masih terjebak mitos seputar pemberian susu pengganti. (Z-10)