Tim Bayucaraka dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali berhasil menorehkan prestasi dengan menyabet Juara 3 kategori Fixed Wing pada kompetisi International UAV Competition Teknofest 2025 di Koaceli, Turki. Hasil perlombaan bertaraf internasional ini menjadi bukti ketangguhan tim robot terbang ITS tersebut di kancah global.
Koordinator Pembina Tim Bayucaraka ITS Aldinata Rizky Revanda SKom MKom menuturkan bahwa Teknofest merupakan kompetisi teknologi kedirgantaraan internasional yang diadakan oleh Tubitak Turki. Dalam ajang kali ini, Tim Bayucaraka ITS mengikuti dua kategori perlombaan, yaitu Fixed Wing (FW) dan Free Mission (FM).
“Kami menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang berhasil lolos untuk berkompetisi dalam dua kategori sekaligus,” ujar Aldinata bangga, Senin (15/9).
Pada kategori Fixed Wing, lanjut Aldinata, tim bimbingannya tersebut menghadirkan pesawat tanpa awak kebanggaannya, Leonardoro. Kategori ini memiliki misi menerbangkan pesawat untuk membentuk jalur angka delapan sebanyak dua kali. Selain itu, pesawat juga ditantang untuk dapat menjatuhkan muatan tepat di titik sasaran yang ditentukan.
“Dalam kategori ini, kami berhasil meraih gelar Juara 3 mengalahkan 131 peserta lainnya,” jelasnya.
Menurut dosen Departemen Teknik Informatika ITS ini, inovasi utama yang membawa Leonardoro unggul adalah bobotnya yang ringan dibandingkan pesawat tim lain. Tim ITS ini memilih untuk menggunakan material dari Styrofoam yang ringan dengan kekuatan yang mumpuni sebagai pesawat tanpa awak.
“Dalam hal ini, kami unggul di keringanan (bodi), sedangkan tim lain lebih berat karena menggunakan polimer,” ungkap Aldinata.
Sementara di kategori Free Mission, menitikberatkan kemandirian dalam pengembangan pesawat tanpa awak yang diberi nama Bayusuta. Tim Bayucaraka ITS dituntut untuk menciptakan komponen Bayusuta secara mandiri, seperti motor, baling-baling, dan bodi.
“Perolehan nilai dalam kategori ini ditentukan oleh sejauh mana tingkat kemandirian tim dalam memproduksi komponen tersebut,” beber dosen yang juga alumnus Teknik Informatika ITS tersebut.
Di balik podium juara, Tim Bayucaraka ITS menyimpan cerita perjuangan yang menegangkan, terutama saat berhadapan langsung dengan kondisi lapangan yang asing. Aldinata mengenang bagaimana tim harus beradaptasi dengan hembusan angin yang kencang di lokasi lomba.
“Ketika menerbangkan, kami khawatir kalau daya dari motornya tidak kuat untuk melawan angin,” tuturnya mengenang.
Aldinata menegaskan bahwa kemenangan Tim Bayucaraka ITS merupakan kombinasi dari kerja keras internal tim selama berbulan-bulan dan dukungan dari Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) ITS serta Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) ITS. Berbekal dua prestasi internasional di tahun ini, Aldinata optimistis bahwa timnya akan berhasil meraih gelar juara umum pada Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2025 mendatang.