
Cerebral palsy adalah gangguan permanen pada gerakan, postur, dan koordinasi yang disebabkan oleh kerusakan otak atau perkembangan otak yang tidak normal pada masa janin, persalinan, atau dua tahun pertama kehidupan anak. Kondisi ini nonprogresif tetapi gejala dan dampaknya bervariasi luas antara individu, dan sering disertai masalah lain seperti gangguan kognitif, penglihatan, pendengaran, atau kejang.
Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes Imran Pambudi menjelaskan terdapat enam kelompok yang lebih sering terdampak cerebral palsy.
- Pertama, bayi lahir prematur dan berat lahir rendah kelahiran sebelum 37 minggu dan bayi dengan berat kurang dari 2,5 kg memiliki risiko cerebral palsy jauh lebih tinggi daripada bayi cukup bulan.
- Kelompok kedua yakni kehamilan kembar atau multiple, kehamilan ganda meningkatkan risiko, terutama bila salah satu janin mengalami komplikasi perinatal.
- Kelompok ketiga yakni bisa terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah, prevalensi cerebral palsy cenderung lebih tinggi di negara-negara berpendapatan rendah atau menengah karena akses kesehatan ibu anak dan layanan neonatal yang terbatas.
- Kelompok keempat, terjadi juga pada kondisi kehamilan berisiko seperti infeksi pada ibu selama hamil, gangguan aliran darah janin, ketidaksesuaian Rh, dan paparan toksin selama kehamilan meningkatkan risiko kerusakan otak janin.
- Kelima yakni komplikasi perinatal dan pascanatal seperti asfiksia berat saat persalinan, perdarahan intrakranial pada bayi baru lahir, kernikterus (bilirubin tinggi) tanpa penanganan, serta infeksi otak atau cedera kepala pada bayi dapat menyebabkan cerebral palsy.
- Kelompok terakhir yakni kelompok anak dari keluarga dengan akses layanan kesehatan yang buruk karena rendahnya layanan pencegahan dan intervensi dini, serta kemiskinan mengalami beban lebih besar dari segi kejadian dan konsekuensi jangka panjang.
Sumber statistik global umumnya melaporkan insidensi sekitar 2-3 kasus per 1.000 kelahiran hidup, dengan variasi regional dan kecenderungan lebih tinggi di beberapa negara berpendapatan rendah atau kelompok sosial rentan.
Secara global angka orang dengan cerebral palsy diperkirakan puluhan juta; lembar fakta dan analisis registri menunjukan estimasi sekitar 50 juta penyandang cerebral palsy di seluruh dunia dan bahwa prevalensi kelahiran hidup di negara berpenghasilan tinggi berada di kisaran 1,5-1,6 per 1.000 kelahiran hidup.
Sementara data dari beberapa wilayah berpendapatan rendah dan menengah menunjukkan angka yang lebih tinggi hingga sekitar 3,4 per 1.000 pada kelompok tertentu. (E-3)