Bayangkan ada seorang anak berusia tujuh tahun yang selalu berusaha keras agar ibunya bangga. Ia belajar dengan giat, selalu juara kelas, bahkan membantu pekerjaan rumah tanpa disuruh. Tapi entah kenapa, ibunya tampak tidak pernah puas. Tidak ada pelukan hangat, tidak ada pujian tulus. Yang ada hanya komentar menyakitkan: “kakakmu lebih pintar”, “Kok masih salah?”, atau “jangan cengeng”.
Bertahun-tahun kemudian, anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang terus-menerus merasa tidak cukup baik. Ia jadi orang yang perfeksionis dan mudah cemas, selalu butuh pujian dari orang lain, dan sulit membangun hubungan yang sehat. Tanpa sadar, ia mewarisi luka emosional Bernama “mother wound”, luka psikologis yang tertanam sejak kecil karena ibunya tidak bisa memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan si anak.
Istilah mother wound memang tidak tercantum resmi dalam buku diagnosis psikiatri. Namun, konsep ini banyak digunakan untuk menggambarkan trauma yang membuat anak merasa tidak dicintai, ditinggalkan, tidak berharga, dan mati rasa terhadap perasaannya sendiri. Menurut Dr. Kate Truitt, psikolog klinis, mother wound adalah luka mental, emosional yang terbentuk ketika kebutuhan emosional anak tidak terpenuhi secara konsisten. Bukan berarti sang ibu jahat atau sengaja menyakiti, melainkan karena pola asuh yang keliru, tekanan hidup, atau luka pribadi sang ibu yang belum sembuh.
Ironisnya, luka ini kerap tumbuh di keluarga yang terlihat “baik-baik saja”. Anak dirawat, diberi makan, dan disekolahkan. Namun, saat ia sedih, marah, atau kecewa, perasaannya diabaikan, diremehkan, atau dianggap berlebihan. Kalimat seperti “jangan cengeng”, “harusnya kamu bisa”, atau “ibu capek” mungkin terdengar sepele. Tetapi bagi anak, pesan yang tertanam bisa lebih dalam dari yang kita kira. Anak bisa merasa “perasaanku tidak penting”.
Data Bicara: Tidak Semua Anak Tumbuh dengan Kelekatan Aman
Hubungan ibu dan anak sering dianggap otomatis hangat. Nyatanya, data menunjukkan hal sebaliknya. Sebuah penelitian besar yang diterbitkan dalam jurnal American Psychological Association (APA) journal Psychological Bulletin (Madigan, et al 2023) terhadap lebih dari 20.000 pasangan ibu dan bayi menemukan bahwa 51,6% memiliki hubungan aman. Sisanya menunjukkan pola hubungan tidak aman:
Artinya, hampir setengah anak tumbuh tanpa pondasi emosional yang aman, padahal hubungan awal ini sangat menentukan pembentukan kepribadian dan kesehatan mental anak jangka panjang.
Pola ini tidak berhenti di masa kanak-kanak. Studi nasional di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 36,5% orang dewasa membawa pola hubungan tidak sehat yang berakar dari pengalaman masa kecil.
Bagaimana Mother Wound terbentuk?
Luka ini jarang lahir dari satu kejadian besar. Ia tumbuh pelan-pelan, melalui pengalaman berulang.
Pertama, ketika kebutuhan emosional diabaikan. Anak dirawat secara fisik, tetapi tidak ditemani saat sedih atau takut. Kedua, kritik yang terus menerus. Anak belajar bahwa cinta harus dibayar dengan kesempurnaan. Ketiga, rumah yang tidak stabil secara emosional. Anak hidup dalam ketidakpastian; hari ini disayang, besok dimarahi. Keempat, pembalikan peran atau parentifikasi. Anak menjadi tempat curhat dan penopang emosi ibunya. Kelima, kasih sayang bersyarat. Anak dicintai saat patuh, berprestasi, dan tidak merepotkan.
Semua pengalaman ini membentuk keyakinan dasar anak tentang dirinya sendiri.

4 hours ago
2




















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5034348/original/062461200_1733277258-MilanSassuoloCI_28.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5392574/original/074059500_1761467897-amorim.jpg)

,x_140,y_26/01k8wn1j2b1w9001ntq3dwk3w4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5323688/original/094171700_1755821530-MPL_ID_S16_01.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5040223/original/096198100_1733623619-WhatsApp_Image_2024-12-08_at_05.28.43.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5392662/original/015477500_1761480498-570444906_17988467495902645_8612739450593707224_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399615/original/091028500_1761982089-Robi_Syianturi__Atlet_ASICS_Indonesia__Pertajam_Rekor_Nasional_Half_Marathon_di_Casablanca_Marathon_2025.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5396095/original/014271800_1761725708-Realme_15T_5.jpeg)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5364240/original/065367500_1759049398-FajarFikri8_SF_KoreaOpen2025_PBSI_20250927.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5311292/original/092353100_1754873757-AP25222526521372.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5392800/original/056554100_1761528696-mikel_arteta_1.jpg)
