Luka yang Tak Terucap: Bagaimana “Mother Wound" Membentuk Kepribadian Anak

4 hours ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Kredit: Foto ibu dan anak. Foto oleh kontributor PxHere (CC0 – Public Domain)

Bayangkan ada seorang anak berusia tujuh tahun yang selalu berusaha keras agar ibunya bangga. Ia belajar dengan giat, selalu juara kelas, bahkan membantu pekerjaan rumah tanpa disuruh. Tapi entah kenapa, ibunya tampak tidak pernah puas. Tidak ada pelukan hangat, tidak ada pujian tulus. Yang ada hanya komentar menyakitkan: “kakakmu lebih pintar”, “Kok masih salah?”, atau “jangan cengeng”.

Bertahun-tahun kemudian, anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang terus-menerus merasa tidak cukup baik. Ia jadi orang yang perfeksionis dan mudah cemas, selalu butuh pujian dari orang lain, dan sulit membangun hubungan yang sehat. Tanpa sadar, ia mewarisi luka emosional Bernama “mother wound”, luka psikologis yang tertanam sejak kecil karena ibunya tidak bisa memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan si anak.

Istilah mother wound memang tidak tercantum resmi dalam buku diagnosis psikiatri. Namun, konsep ini banyak digunakan untuk menggambarkan trauma yang membuat anak merasa tidak dicintai, ditinggalkan, tidak berharga, dan mati rasa terhadap perasaannya sendiri. Menurut Dr. Kate Truitt, psikolog klinis, mother wound adalah luka mental, emosional yang terbentuk ketika kebutuhan emosional anak tidak terpenuhi secara konsisten. Bukan berarti sang ibu jahat atau sengaja menyakiti, melainkan karena pola asuh yang keliru, tekanan hidup, atau luka pribadi sang ibu yang belum sembuh.

Ironisnya, luka ini kerap tumbuh di keluarga yang terlihat “baik-baik saja”. Anak dirawat, diberi makan, dan disekolahkan. Namun, saat ia sedih, marah, atau kecewa, perasaannya diabaikan, diremehkan, atau dianggap berlebihan. Kalimat seperti “jangan cengeng”, “harusnya kamu bisa”, atau “ibu capek” mungkin terdengar sepele. Tetapi bagi anak, pesan yang tertanam bisa lebih dalam dari yang kita kira. Anak bisa merasa “perasaanku tidak penting”.

Data Bicara: Tidak Semua Anak Tumbuh dengan Kelekatan Aman

Hubungan ibu dan anak sering dianggap otomatis hangat. Nyatanya, data menunjukkan hal sebaliknya. Sebuah penelitian besar yang diterbitkan dalam jurnal American Psychological Association (APA) journal Psychological Bulletin (Madigan, et al 2023) terhadap lebih dari 20.000 pasangan ibu dan bayi menemukan bahwa 51,6% memiliki hubungan aman. Sisanya menunjukkan pola hubungan tidak aman:

Artinya, hampir setengah anak tumbuh tanpa pondasi emosional yang aman, padahal hubungan awal ini sangat menentukan pembentukan kepribadian dan kesehatan mental anak jangka panjang.

Pola ini tidak berhenti di masa kanak-kanak. Studi nasional di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 36,5% orang dewasa membawa pola hubungan tidak sehat yang berakar dari pengalaman masa kecil.

Bagaimana Mother Wound terbentuk?

Luka ini jarang lahir dari satu kejadian besar. Ia tumbuh pelan-pelan, melalui pengalaman berulang.

Pertama, ketika kebutuhan emosional diabaikan. Anak dirawat secara fisik, tetapi tidak ditemani saat sedih atau takut. Kedua, kritik yang terus menerus. Anak belajar bahwa cinta harus dibayar dengan kesempurnaan. Ketiga, rumah yang tidak stabil secara emosional. Anak hidup dalam ketidakpastian; hari ini disayang, besok dimarahi. Keempat, pembalikan peran atau parentifikasi. Anak menjadi tempat curhat dan penopang emosi ibunya. Kelima, kasih sayang bersyarat. Anak dicintai saat patuh, berprestasi, dan tidak merepotkan.

Semua pengalaman ini membentuk keyakinan dasar anak tentang dirinya sendiri.

Read Entire Article