Media massa fungsi utamanya adalah menyebarkan informasi kepada khalayak luas dan umum, seiring dengan berkembangnya zaman kini fungsinya lebih kompleks. Saat ini, media menjadi ajang untuk berbagi kepentingan politik untuk saling bertemu, bernegosiasi hingga bertarung untuk mendapatkan simpati publik. Adanya media membuat politik tidak hanya bertempat di ruang parlemen atau panggung kampanye, tetapi juga di setiap layar televisi, portal berita hingga lewat media sosial.
Aktor politik memanfaatkan media sebagai sarana strategis untuk memperkenalkan diri, membuat citra publik yang positif lewat narasi pemberitaan, iklan politik hingga simbol visual. Melalui proses ini, para politisi bisa membentuk pandangan masyarakat tentang mana yang dipercaya dan dipilih. Dalam konteks ini membuat media tidak lagi bersifat netral, melainkan menjadi tempat untuk memperkuat dan melemahkan posisi politik tertentu.
Media mempunyai kekuatan lewat kemampuannya untuk menjangkau khalayak dalam waktu singkat dan bisa menciptakan narasi secara berulang. Melalui bahasa, gambar dan simbol yang terus diputar, gagasan akan menjadi bagian dari wacana di kehidupan masyarakat. Contohnya, isu berkaitan dengan kepemimpinan, kebijakan atau konflik politik bisa terlihat lebih penting dibanding dengan isu lain karena media sangat aktif menyiarkannya. Pada posisi inilah, membuat media acapkali disebut dengan panggung politik kedua setelah arena formal kekuasaan.
Hingga akhirnya posisi media saat ini tidak bisa dilepaskan dalam dinamika perpolitikan modern, karena menjadi arena pertarungan yang menentukan arah opini publik sebelum masyarakat mengambil keputusan akhir politiknya. Siapa yang mampu menguasai media dengan narasi tepat, maka dialah yang akan berpeluang untuk menarik simpati masyarakat. Hingga akhirnya, Kekuatan media sama pentingnya dengan kekuatan suara rakyat itu sendiri.
Saat ini, di era derasnya informasi yang ada di tangan khalayak, media fungsinya tidak sebatas untuk mengungkapkan fakta saja, ia harus lihai dalam merangkai narasi bahasa yang menarik. Karena, setiap pesan informasi yang sampai pada khalayak akan mempengaruhi sudut pandang dan sikap publik. Dampak yang terlihat adalah antar media terjadi persaingan narasi dan aktor politik bisa bermain untuk membuat khalayak terpengaruh oleh pandangannya yang cenderung dominan karena adanya panggung melalui media.
Berkembangnya teknologi informasi membuat persaingan ini tidak terjadi pada media konvensional saja, melainkan sudah melebar ke sosial media. Narasi publik yang menyebar lewat sosial media memperbesar kemungkinan informasi tersebar luas tanpa ada kontrol dan kendali dari gatekeeper atau jajaran redaksi. Kondisi ini akhirnya membuat situasi dapat tidak terkendali, karena setiap pihak atau kelompok mempunyai tujuan untuk membangun serta membentuk pandangan publik sesuai dengan tujuan mereka dengan cara cepat, menarik dan persuasif.
Dampak nyata dari kondisi ini adalah masyarakat dibenturkan dengan informasi yang bias dan tidak menutup kemungkinan tidak sama atau saling bertentangan. Sehingga kondisi ini mengakibatkan masyarakat bingung. Pada sudut pandang lain, tentunya ini juga memperlihatkan bagaimana peran dan pengaruh media dalam mengarahkan perhatian khalayak. Perlu dicatat dan menjadi perhatian penuh, isu yang beredar ternyata tidak bergantung pada segi bobotnya saja, tetapi seberapa sering peristiwa itu diceritakan secara berkala lewat media.
Karena melalui derasnya informasi yang diterima juga memberikan tantangan lain untuk khalayak ketik memilih informasi atau berita, di sisi lain juga membuka peluang emas bagi aktor politik untuk memanfaatkan peluang ini melalui narasi yang dibentuk. Sehingga penguasa bisa dilihat dari siapa yang lihai menyesuaikan narasi dengan kebutuhan khalayak.
Wajah politik era modern mengalami transformasi cukup signifikan saat munculnya media sosial. Sebelumnya komunikasi politik sifatnya satu arah lewat saluran televisi, radio atau surat kabar seperti koran, di era sekarang secara langsung publik bisa langsung memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan. Situasi ini memberikan ruang terbuka yang makin interaktif antara politisi dengan masyarakat.
Keberhasilan interaksi secara langsung ini secara tidak langsung akan memberikan keuntungan yang besar bagi politisi. Secara tidak langsung mereka bisa melihat bagaimana berkembangnya opini publik dari waktu ke waktu, dapat merespons langsung masukan dan kritik dan bisa adaptif terhadap pesan menyesuaikan dengan dinamika yang sedang terjadi. Pada masyarakat, mereka bisa menjalin kedekatan dan berpartisipasi langsung dengan tokoh politik dari sebelumnya hanya bisa dilihat di televisi atau koran.
Dengan adanya politik dua arah di media sosial juga membawa tantangan baru dengan munculnya disinformasi, propaganda hingga ujaran kebencian. Narasi politik sering dikemas dengan bentuk sederhana, emosional dan mudah viral meskipun pada faktanya tidak selalu akurat. Kondisi ini memunculkan risiko polarisasi dan memperkeruh diskusi publik.
Melihat fenomena tersebut membuktikan media sosial merupakan arena politik dua arah mencerminkan dua sisi, pertama d...