Ilustrasi(freepik)
PARA ilmuwan baru-baru ini menemukan bahwa medan magnet Bumi, yang berfungsi melindungi kehidupan dari radiasi berbahaya matahari, sedang mengalami perubahan signifikan.
Mengutip dari laman Live Science, wilayah lemah di atas Samudra Atlantik Selatan, dikenal sebagai South Atlantic Anomaly (SAA), telah meluas hampir setengah ukuran Benua Eropa sejak 2014. Titik terlemah di SAA tercatat 22.094 nanotesla, turun 336 nanotesla dibandingkan pengukuran sebelumnya.
Medan magnet Bumi terbentuk oleh inti Bumi yang terdiri dari besi cair yang berputar di kedalaman sekitar 2.900 kilometer. Medan ini melindungi permukaan Bumi dari partikel bermuatan yang dipancarkan Matahari, yang dapat merusak DNA, menimbulkan kanker, atau mengganggu elektronik. Efek medan magnet ini dapat terlihat melalui fenomena aurora.
Selain SAA, medan magnet di utara Kanada, yang termasuk wilayah sangat kuat, justru menyusut 0,65% dari total permukaan Bumi, dengan titik terkuatnya turun menjadi 58.031 nanotesla.
Sebaliknya, wilayah medan kuat di Siberia mengalami pertumbuhan 0,42%, dengan intensitas maksimum meningkat menjadi 61.619 nanotesla. Para ilmuwan menduga perubahan ini terkait dengan pergerakan logam cair di inti Bumi, meski penyebab pastinya masih belum jelas.
Perubahan medan magnet ini berdampak langsung pada satelit dan astronot. Satelit yang melewati SAA berisiko mengalami gangguan elektronik akibat paparan radiasi tinggi, mulai dari malfungsi hingga pemadaman total sistem.
Astronot di orbit juga terpapar partikel bermuatan, meskipun durasinya lebih singkat dibandingkan satelit, yang biasanya berada di orbit rendah Bumi selama lebih dari lima tahun. Para peneliti menyarankan agar pesawat ruang angkasa dapat diperkuat untuk menahan efek radiasi ini, mengingat luas SAA terus bertambah.
Meski wilayah lemah ini meluas, studi tidak menemukan tanda-tanda pembalikan medan magnet Bumi. Sejarah geologi menunjukkan medan Bumi telah melemah berkali-kali tanpa berbalik, menunjukkan bahwa perubahan saat ini kemungkinan merupakan fluktuasi normal dalam skala dekade hingga abad.
Ahli geofisika Hagay Amit dari Nantes Université di Prancis menekankan pentingnya pengukuran geomagnetik berkualitas tinggi secara terus-menerus.
“Data ini sangat krusial untuk memahami dinamika inti Bumi dan memprediksi risiko bagi satelit serta astronot,” ujarnya. (Z-4)
Sumber: Live Science

18 hours ago
2
































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365168/original/090343300_1759140108-WhatsApp_Image_2025-09-29_at_17.00.24.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1096855/original/091939700_1451387555-Nunung_Srimulat-2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5352887/original/013654100_1758144467-AP25260720491829.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5364853/original/046358800_1759128662-462a26d0-2645-4809-88b5-48611f626139.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5348836/original/064698500_1757902947-ClipDown.com_536149216_18672569230011649_1930765662361117681_n.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4757356/original/067911600_1709187898-20240229-Bayi_Tahun_Kabisat-HER_1.jpg)