Tiongkok Kecam Pengerahan Rudal Jepang di Yonaguni Dekat Taiwan

Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan, 30 Oktober 2025.(Xinhua)

PEMERINTAH Tiongkok mengecam langkah Jepang yang menempatkan sistem rudal di sebuah pulau dekat Taiwan, menuduh Tokyo sengaja meningkatkan risiko konfrontasi militer. Rudal tersebut ditempatkan di pangkalan militer Yonaguni, yang hanya berjarak sekitar 110 km dari Taiwan.

Dilansir South China Morning Post, Selasa (25/11), Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi sebelumnya menyatakan bahwa pengerahan itu bertujuan memperkuat pertahanan Jepang dari potensi ancaman bersenjata. 

Saat meninjau Yonaguni pada Sabtu lalu, Koizumi mengatakan persiapan instalasi rudal darat-ke-udara jarak menengah berjalan sesuai rencana.

Yonaguni terletak 2.000 km dari Tokyo dan dihuni sekitar 1.700 warga. Pulau ini telah menjadi titik fokus peningkatan kehadiran militer Jepang, sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran Tokyo terhadap sikap Beijing yang semakin tegas di kawasan.

Pada Senin (23/11), juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning menuduh Jepang sengaja menciptakan ketegangan regional dan memicu konfrontasi militer. 

Dia menambahkan bahwa situasi ini semakin sensitif setelah pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengenai Taiwan, yang menurut Beijing sangat berbahaya.

Komentar Koizumi muncul di tengah memburuknya hubungan Tokyo-Beijing. Awal bulan ini, Takaichi menyatakan bahwa serangan militer Beijing terhadap Taiwan dapat menciptakan situasi yang mengancam keberlangsungan hidup Jepang, dan membuka kemungkinan keterlibatan militer bersama Amerika Serikat. 

PM Jepang menolak mencabut pernyataan tersebut meski Tiongkok terus memprotes.

Sebagai imbalan, Beijing telah menangguhkan rencana melanjutkan impor seafood Jepang, menghentikan pertukaran antarpemerintah, mengimbau warganya untuk tidak bepergian atau belajar di Jepang, dan memperingatkan akan merespons tegas jika Tokyo ikut campur dalam skenario militer di Taiwan.

Tiongkok menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya yang harus dipersatukan, bila perlu dengan kekuatan. Meski sebagian besar negara, termasuk AS dan Jepang, tidak mengakui Taiwan sebagai negara berdaulat, Washington menentang segala upaya perebutan paksa dan tetap memasok persenjataan kepada pulau tersebut. (Fer/I-1)